Senin, 15 April 2019

Tak Ada Ruginya Berbagi

Foto dok. pribadi

Bismillaahirrohmaanirrohim...

Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032).
Saya benar-benar menghasilkan rupiah sendiri sekitar tahun 2012 dan itu belum seberapa. Hanya cukup sebagai uang ganti bensin untuk transportasi menjalani kegiatan sehari-hari. Pagi hingga siang, mengajar di sebuah TK swasta, kemudian sore mengisi TPQ di musala kelurahan, dan malamnya mengajar madrasah diniyah yang tak jauh dari rumah.

Waktu itu, masih minim pengetahuan sedekah. Yang ada di kepala saya, sedekah tak harus dengan uang. Maka, dengan dalih berhemat, saya lebih suka menawarkan tenaga dan pikiran ketimbang materi terhadap sebuah kegiatan atau orang-orang yang membutuhkan. Maklum, saya pribadi masih suka mengeluh dengan sulitnya mengumpulkan pundi rupiah pada saat itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, pikiran saya mulai terbuka. Bersyukur, saya dikelilingi orang-orang dengan energi positif yang tak pernah lelah mengajak saya pada kebaikan. Mengikuti kajian, bergabung di komunitas sosial, berlomba-lomba dalam kebaikan dan ibadah. Dari tangan merekalah, hidayah Allah menghampiri saya untuk memahami arti sedekah.

Yang namanya ikhlas itu memang urusan pribadi. Dan untuk bisa mencapainya, ternyata sangat tidak mudah. Meski sudah berusaha membiasakan diri untuk berbagi, untuk memberikan lebih masih berat. Selalu itung-itungan. Takut nanti uangnya habis. Takut kalau pengen sesuatu nanti nggak bisa kebeli. Takut nggak bakalan ada uang tambahan lagi. Intinya, takut.

Lucunya, meski sudah semakin yakin dengan keajaiban berbagi, saya masih merasa kurang tepat jika harus berbagi pada peminta-minta di jalan atau sekitaran makam. Memang betul, tak ada sedekah yang salah. Hanya saja, melihat banyak berita orang yang lebih susah dengan fisik yang tidak lagi sempurna masih banyak di luaran sana, saya merasa mereka lebih berhak menerima uluran tangan kita. Ya Allah, maaf jika suuzan ini berlebihan.

Dalam beberapa kegiatan sosial yang perlu penggalangan donasi (dalam rangka pembangunan atau musibah) saya berusaha ambil bagian. Bukan sekadar menjadi relawan yang terjun langsung di lokasi, tapi juga menyisihkan milik saya sebagai hak mereka.

Puncaknya pada Maret tahun lalu. Dokter memvonis sakit SLE (systemic lupus erythematosus) dan mengharuskan saya bedrest sekurang-kurangnya 2 bulan. Kaget sekaligus sedih. Saya sering bertanya-tanya pada diri sendiri, apa ini sebentuk teguran dari Allah?

Sampai detik ini, masih harus menjalani pemeriksaan tiap bulan dengan biaya yang menurut kantong saya cukup besar. Harus berdampingan dengan obat serta banyak syarat lain yang harus saya penuhi supaya lekas sembuh.

Pada posisi ini, saya sudah tidak lagi main kompromi dengan berbagi. Asal ada uang di dompet, tenaga dan pikiran yang mencukupi, saya selalu ambil bagian ketika ada kegiatan yang berhubungan dengan penggalangan donasi. Ada juga program nasi gratis di kota saya, alhamdulillah, bisa rutin menyumbang. Selain ada kebahagiaan tersendiri, saya merasa lebih baik secara fisik dan psikis.

Di era dengan kemajuan teknologi saat ini, berbagi dipermudah dengan keberadaan Laznas dan Baznas yang bertebaran di Indonesia. Salah satunya adalah Dompet Dhuafa. Kita tidak perlu ragu untuk mengambil peran ketika bingung hendak berbagi dan tepat sasaran.



“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

3 komentar:

  1. Bagus isinya... menarik dan mendidik

    BalasHapus
  2. Aku dulu juga takut berbagi di tiap kesempatan Mbak. Takut nggak tepat sasaran, tapi sekarang mulai paham bahwa inti dari berbagi adalah ikhlas.

    BalasHapus
  3. Aku dulu juga takut berbagi di tiap kesempatan Mbak. Takut nggak tepat sasaran, tapi sekarang mulai paham bahwa inti dari berbagi adalah ikhlas.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee