Kamis, 18 April 2019

Hidup Ini Tentang Memilih dan Dipilih


~~~
Aku terlahir berbeda.
Aku terlahir istimewa.
Mungkin, karena itulah masa kecilku terasa 'sedikit' suram. Anak 90-an, tidak kenal istilah bullying. Yang kurasa saat itu adalah cemoohan serta keadaan dikucilkan. Tak seorang teman pun mendekat.

Namun, aku terlahir dari wanita hebat.
Dia memberiku ruang untuk menangis ketika aku pulang sekolah dengan air mata terurai.
Dia memberiku waktu agar aku menuntaskan kesedihan atas olokan mereka yang masih menggema di telingaku.
Dia menguatkanku dengan cara yang tak biasa untuk anak 7 tahun.

"Ibu, mengapa teman-temanku jahat? Mereka tak mau berteman denganku. Atau aku yang jahat? Apa aku benar-benar seorang monster?"
Aku tak pernah alpa menanyakan hal itu setiap menjelang tidur. Dan ibu tidak pernah memberikan jawaban hingga aku terlelap, dibuai mimpi indah dan diajak melupakan segala kesedihan.

"Dee.... Di dunia ini hanya ada 2 jenis manusia. Baik dan tidak baik. Tidak ada jenis manusia kaya, anak pejabat, bule. Semua sebutannya sama, manusia. Dan baik tidaknya seseorang, itu dari sini." Wanita cantik itu menunjuk dadaku.
"Sejatinya, manusia selalu membisikkan kebaikan dalam hatinya. Hanya saja setan terlalu pandai menghasut manusia. Jadi, kamu hanya punya 2 pilihan. Terus menjadi orang baim atau kemudian berubah menjadi tidak baik."
"Apa itu artinya aku harus terus diam untuk menjadi orang baik?" Dia melambaikan telunjuk tangan kanannya ke kiri dan ke kanan.
"Bukan hanya diam, tapi juga tutup telingamu. Mereka boleh menghinamu, tapi kamu tidak boleh menangis di hadapan mereka. Kamu hanya perlu terus berjalan dengan dua kakimu, fokus menatap ke depan, dan raih cita-cita."

Bertahun-tahun kemudian, aku sadar. Hidup ini memang tentang pilihan. Ada takdir dipilih dan memilih.
Ya!
Seperti aku 'dipilih' takdir untuk lahir berbeda.
Aku 'dipilih' takdir memiliki malaikat tak bersayap.
Aku 'dipilih' menjalani masa kecil yang terkucilkan.

Dan aku pun bisa memilih. Tetap diam untuk menjadi orang baik, atau melawan dan menjadi orang tidak baik.
Memilih mendengarkan nasihat ibu atau larut dalam kesedihan anak 7 tahun yang dicemooh setiap hari dan dikucilkan.
Memilih tetap fokus pada diri sendiri tanpa mendengarkan penilaian (negatif) orang lain.

Dan setelah dewasa ini, aku semakin tahu, tidak ada yang namanya jalan buntu. Hanya saja, kita dihadapkan pada pilihan ambil jalan aman atau penuh risiko. Lagi-lagi, it's abaout the choice.

"Kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang dengan sikap kita. Tapi, kita bisa berbagi kebahagiaan yang kita rasa pada orang lain. Jangan bosan menjadi orang baik selagi hidup. Karena jika sudah mati, kewajiban menjadi baik sudah gugur. Jika esok mati, maka sudah."

Nasihat itu kutengarai sebagai prinsip hidup. Aku hanya perlu menutup telinga untuk bertahan menjadi orang baik. Tetap membuka mata untuk melihat mereka yang membutuhkan. Berjalan dengan 2 kaki dan membantu dengan 2 tangan.
.
"Tuhan Mahabaik"



🖤
Tuban 18042019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee