Kamis, 23 Mei 2019

Perjalanan Paling Drama #KIJepara

Jumat 03 Mei 2019
~~~


Perjalanan Kelas Inspirasi paling berkesan setelah Pati adalah Jepara. Tapi sungguh, perjalanan ini penuh drama perjuangan. Yang mengesankan adalah -entah kebetulan macam apa- aku bisa serombel bareng mami papi dari rombel Pati. Excited banget dan nggak sabar pasca pengumuman kelulusan relawan.

Seperti biasa, ada beberapa relawan mengundurkan diri. Kalau kata Kak Nadiya yang rombel Pati dulu, relawan muntaber -mundur tanpa berita- nggak pernah nongol grup, tetiba main cancel hadir gitu aja *bhaks! Diantaranya Kak Ivan, Kak Kurniawan, Kak Canggih, dan Kak Caesar. Sampek ngedatengin bala bantuan (fotonya nggak ada di banner:-(

Sebelum cerita, kenalan dulu kali ya...
Duo fasilitator, Kak Mita dan Kak Liekien

Terus, para relawan pengajar keceh, termasuk aku, hihihihi
Si keren yang super kreatif Kak Khanif
Ibu dosen yang ngeprank serombel Mami Elysa
Bidan cantik dari negeri ngapak Kak Mutia
Relawan yang ngelamar jadi relawan Kak Bagus
Satunya Kak Ajii, bapak-bapak keren yang usaha meubeulnya T.O.P

Yang nggak kalah hits, para dokumentator yang lengkap berempat
Videografer yang nggak bisa diem Kakak N
Sesembak yang kalem bingits Kak Anggia
Embak yang juga keliatannya pendiem Kak Mega
Dan si papi founder aah milk Papi Dhika

Sebenernya, udah nggak semangat berangkat pas tahu jadwal bentrok sama kegiatan akhirussanah sekolah, masih ditambah Jumatnya  ada tugas nge-MC dadakan. Terus, H-4 si papi berkabar mundur. 5 orang gais, di rombel yang mundur. Sedih, kan....

Jadilah Jumat sore baru berangkat. Menurut waktu gugel, 5 jam nyampek Jepara, karena aku sama sekali belum pernah melakukan perjalanan ke sana. Dan aku sendirian, nggak punya barengan. Awalnya Mbak Fiya, tapi apa daya, dia udah meluncur duluan sama Kak Imam.

Etapi, masih rejeki. Dapat bus AC dengan tarif biasa dan duduk di kursi paling depan. Sesuatu banget, kan? Tapi, tetiba di grup mami berkabar, cancel hadir. Aku nangis bombai. Yallaah, rombel Jeparaku gini amat, masak yang mundur 6 orang. Pengen cancel juga kan. Berasa menyesal gitu udah perjalanan jauh. Apalagi kena macet, hujan deras pula. Pokoknya, sedih nggak ketulungan.

Yang bikin tambah nyesek, papi sempet wa nanya udah perjalanan sampek sampek mana dan sama siapa. Sedih banget. Untungnya sih, walaupun udah malem, aku janjiannya sama Kak N. Nggak kebayang kalau nggak ada yang jemput, bakalan cancel pisan wes. Eh, nggak bakalan ada cerita n tulisan kek begini dong, hahahaha

Ternyata, menurut info dari Kak Imam n Mbak Fiya -yang sudah perjalanan lebih dulu- perjalanan masih berlanjut dari pemberhentian bus ke Jepara. Ya, di situ janjiannya aku sama Kak N. Dan itu, masih butuh sekitar sejam perjalanan. Sudah hampir jam 9 malam, aku udah ngantuk berat dan kudu motoran. Boleh pinjem nyawa nggak, sih?

Di tulisan selanjutnya, prank dimulai.
Udahan, ah!


Tabik, Dee
Tuban, 23052019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee
Lanjutkan membaca >>>

Rabu, 22 Mei 2019

Menimbun Trauma di Goa Kreo #DolanSemarang part 5

~~~
Masih di Semarang, Goa Kreo
Sabtu, 22 April 2019
~~~


Sebenarnya udah capek sih, tapi ya, kapan lagi main-main Semarang. Diterjang aja deh, capeknya. Dan kunjungan berlanjut ke Goa Kreo yang jaraknya cukup jauh dari Lawang Sewu, tempat sebelumnya. Naik grab car, ada sejam lebih. Pokoknya, selama perjalanan cukup dibuat istirahat.

Dari luar, tempat wisata ini nggak ada menarik-menariknya. Orang cuma danau (yang entah asli atau buatan) dan ada jembatan yang katanya di seberangnya barulah ada Goa yang dimaksud. Tapi, saat kami turun mobil, pasukan monyet sudah menyambut. Oh, my lord!

Jadilah kami seperti kembar siam, jalan bertiga rapet banget kayak gabisa lepas gitu. Lucunya, kami juga nggak berani menenteng apapun, termasuk ponsel. Karena pasukan monyetnya segambreng. Jangan heran kalau selama di sini minim foto. Apalagi si Dina, dia sudah ada kenangan menakutkan tersendiri tentang monyet. Jadilah dia paling heboh.

Memang benar, setelah lewat jembatan dan jalanan sedikit menanjak, akan dijumpai doa yang dimaksud. Dan, jangan dikata. Monyetnya bukan lagi segambreng. Sudah jauh lebih banyak ketimbang pengunjungnya. Hello, any body here! Tuh goa rendah dan tampak serem. Masuk ke sana cuma jadi wacana.

Jalanan melintang di depan goa menanjak dan katanya busa kembali ke pintu keluar. Dari pada masuk goa yang nggak jelas, kami lebih memilih mengitari goa dengan jalanan menanjak tersebut. Nah, di sinilah trauma monyet bermula.

Ok, gaes! Bayangkan....
Kalian mendapati tatapan sinis monyet dengan kalimat seolah ingin menerkam dan merampok apapun yang kita bawa. Lalu, mereka beneran melompat dan huk! Kami teriak udah seperti orang gila, orang kesurupan, tapi gak ada keajaiban apapun. Mereka semakin liar dengan menarik-narik rok kami, ditambaj lompatan mereka yang kayak kilat. Jangan bayangin tuh monyet kecil-kecil yang biasanya dipake topeng monyet. Monyetnya segede jaban, lebih gemuk dia daripada aku.

Aku udah yang nangis pasrah dan Dina yang berada paling ujung gak bisa gerak sama sekali antara takut dan tertawan oleh monyet yang gigit kuat di roknya. Sedangkan Pepe, ia juga berdiri di tanah paling rendah sambil teriak "reneo rek, tak gandeng. Cepetan, ayo mbalik!" Hello, kaki udah berasa dipasung gaes. Aku nangis sambil merintih, "yallaah, tolong kera ini pahamkan bahasa kami kalau kami ketakutan". Yaampun, aku alay bener, ya. Tapi emang bener, lho. Di jalanan menanjak tersebut, nggak ada seorang pun yang bisa mendengar suara permintaan tolong kami.

Kami yang mulanya uda kayak bebi kembar siam, jadilah terpencar gegara kawanan monyet dan baiklah, kronologi berakhir karena kami sepakat meng-hus-hus mereka dengan perlaha. Mereka sedikit lunak meski masih dengan tatapan membunuh. Dina yang berada di ujung, berjalan turun perlahan menyusulku, lalu bergabung sama Pepe.

Kami jalan bertiga yang sambil pegangan tangan rapet banget, jalannya ngalah-ngalahi pengantin baru, super pelan, tanpa suara, tapi mulut komat-kamit penuh istighfar. Barusan adalah kejadian paling menyeramkan sekaligus tak terlupakan.

Tiba di tempat peristirahatan depan goa, meski dengan posisi masih banyak monyet (tapi yang di sini tidak seliar yang di atas, sumpah!) Kami menertawakan kejadian yang baru saja lewat. Selain jadi cerita tersendiri, trauma baru tentang monyet sudah terpatri di hati. Yaampun, 26 tahunku ditawan monyet!

Dina, Pepe...
Masih trauma atau pengen ngulang?


Tuban 22052019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee
Lanjutkan membaca >>>

Kamis, 09 Mei 2019

Harapan untuk SDN 04 Tubanan #KIJepara

~~~
Langkah kaki berbalut sepatu terhentak kecil menyiratkan keceriaan pagi.
Derai tawa membahana memeriahkan hening yang masih menyelimuti.
Binar mata bahagia mereka menyiratkan suka cita menyongsong belajar nanti.
Namun, ada yang aneh bagi mereka dengan kehadiran kami.

Assalamu'alaikum adik-adik SDN 04 Tubanan.
Perkenalkan, kami kakak-kakak relawan Kelas Inspirasi Jepara.

Tak ada yang kami bawa ke sini selain harapan serta doa terbaik untuk masa depan kalian. Semoga, kami diterima dengan penuh kebahagiaan.

Pagi cerah nan indah. Kita semua memulakannya dengan tawa. Sembari bergoyang ke kanan dan ke kiri, kita bersuka cita. Ah, bahagia itu tercipta dengan cara yang sederhana. Mentari pagi bahkan seolah iri dengan keceriaan kita semua. Teriknya tak lagi dihargai, karena kita sibuk membahagiakan diri.

Semangat ini, merupakan bekal menanamkan inspirasi di kelas nanti.

Kalian seperti dihujani kebahagiaan dengan tawa yang tak henti untuk setiap yang kami beri. Sesederhana pita yang melingkar di kepala, atau sesobek sticker yang menempel di pipi. Remeh sekali. Dan semoga, bahagia kalian berbanding lurus dengan penerimaan inspirasi yang kami bagi.

Jadi, memang benar adanya dik, bahwa cita-cita harus setinggi langit. Namun, hakikat cita-cita adalah sebentuk manfaat yang bisa kita berikan untuk orang lain. Bukankah begitu?

Tentu sama sekali tidak salah ketika lebih memilih menjadi dokter ketimbang buruh PLTU, asalkan keberadaan kalian memberikan dampak positif. Sama tak masalahnya saat kalian bercita-cita menjadi polisi untuk menumpas kejahatan. Intinya, bermanfaat untuk orang lain.

Namun, kehadiran kami memberikan warna baru. Meski bukan berupa materi, tapi ini jauh lebih menginspirasi.

Bahwa menjadi seorang pengusaha, bisa dicita-citakan oleh siapapun, termasuk kalian. Posisi bidan, penulis, dosen, relawan, dan konsultan pun bisa kalian isi kelak suatu hari. Masih banyak hal sederhana yang bisa dicita-citakan untuk masa depan kalian nanti.

Iya, dik.
Sesedikit ini yang bisa kami bagi.
Sesederhana ini yang kami bawa.
Kalian, harus tetap semangat meraih cita-cita, menenun asa untuk menjadi manusia luar biasa. Menjadi harapan orang tua dan kebanggaan bangsa.

Tak banyak waktu yang kami punya, tak banyak pula kesempatan berlama-lama. Kami datang hanya sehari ini. Mengacuhkan kesibukan untuk satu tujuan, yaitu menumbuhkan inspirasi dan harapan dalam pandangan kalian. 

Sekali lagi, iya dik.
Terimalah dari kami yang sedikit ini.
Kenanglah kahdiran kami yang cuma sehari.
Karena kenangan 04 Mei 2019 ini, akan terkenang di hati kami.
Tetap semangat mengukir mimpi di bumi kartini.

Sukses selalu kalian, adik-adik SDN 04 Tubanan.



🖤
Tuban 09052019
#muthyasadeea #tulisandee #kelasinspirasi
Lanjutkan membaca >>>

Selasa, 07 Mei 2019

Berkunjung Kedua Kalinya di Lawang Sewu #DolanSemarang part 4

~~~
Lawang Sewu, Semarang
Sabtu, 20 April 2019
~~~


Ini weekend dan yang namanya tempat wisata pastilah ramai. Bahkan, di beberapa ruangan sedang berlangsung foto shoot pre wedding. Lucu, sih! Apa nyaman ya, dilihatin banyak orang? *Insting missqueenku muncul ke permukaan🤣

Eh, tapi bisa ya, kami pas foto sepi gitu? Rejeki anak sholihah. Ceritanya, lagi kelaparan sekaligus ngemper, kayak di rumah sendiri. Parahnya, cuma bawa camilan ringan yang sama sekali tidak bisa dipakak ganjal perut. Cuman keripik dan jajan siplah. Dan yang nggak seberapa itu, dibagi bertiga. Hahahaha

Karena kami berbanyak, jadi mau rame-rame malunya nggak sendirian. Termasuk, foto-foto nggak jelas di koridor utama gedung paling panjang. Dibilang nggak jelas karena emang kami fotonya wefie, tanpa jasa fotografer, pakai timer yang nggak bisa diajak kompromi, juga penyangga smartphone yang menggunakan 2 tumpuk sandal. Kurang nggak jelas gimana lagi, coba?

Tapi, beneran bisa ngakak bahagia dan acuh sama orang lewat, gitu. Ada beberapa alasa, salah satunya karena aku danDina adalah wisatawan domestik.
Udah, ini foto paling nggak jelas yang bisa bikin ketawa sendiri kalau ingat dan lihatnya.

Setelah perjalanan ini, masih ada satu tempat lagi yang menciptakan momen tak terlupakan karena meninggalkan trauma. Kocak, tapi memyeramkan. Baca juga part 5 ya...😉



🖤
Tuban 07052019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee
Lanjutkan membaca >>>

Senin, 06 Mei 2019

Explore Kebudayaan Chinese #DolanSemarang part 3

Semarang, 20 April 2019
~~~



Ye.... Cerita petualangnku dan Dina explore kota Pepe belum selesai. Pagi itu, kami mengawalinya di Klenteng Sam Poo Kong (duh, gak sempet ambil gambar di yang ada tulisannya begitu. Tapi, gambar di atas sudah mewakili yes...😉)

Jadi ceritanya, ke mana-mana kami dijemput mobil (baca: grabcar🤣), berasa horang kaya, maklum, kaun missqueen. Di Sam Poo Kong, panasnya ruar biyasa dan sebagai barbie (pengalihan issue daripada disebut kecakepan) aku milih berteduh dan mereka berdua antri tiket.

Masuk ke dalam, kebetulan ada penampilan sejenis kesenian dari Negeri Tirai Bambu (Duh, gak tahu namanya), pokoknya, yang gambar orang gedhe banget, terus digerakkan oleh satu orang yang bersembunyi di dalamnya. bentuk gambar tanpa kaki dan mengenakan baju warna hitam.

Puas berfoto di dalam bangunan serba merah tempat pertujukan tersebut, kami menuju lapangan yang panasnya maa syaa allaah. Jadilah aku berlarian mencari tempat-tempat teduh dengan berlindung di bawah patung atau tiang yang ada di tengah lapangan.

Rupanya, tiket yang dibeli bukan tiket terusan yang membuat kami tidak bisa memasuki area sakral klenteng. Jadi, masih ada 3 bangunan yang lebih private dengan pemisah pagar dan taman yang tidak bisa sembarangan dilewati. Di bagian pintu masuknya saja disambut oleh para geisha (eh, ini sebutan baut Jepang, ya? hahahah) Intinya, disambut dengan para kaum etnis China lengkap dengan busana mereka. Sepertinya seru, dan tempatnya juga lebih rindang, banyak pepohonan.

Yuhu, efek waktu yang terlalu siang bolong, jadilah perjalanan diakhiri menjelang zhuhur. Sembari menunggu jemputan mobil, foto-foto dulu, dong! Mana bisa ketinggalan. Hahahah.
Foto di depan panggung pagelaran kesenian, di antara dua patung penjaga klenteng
Foto gajelas di depan klenteng private yang paling besar
Dolan Semarang masih berlanjut di beberapa tempat lagi. Tulis aja, ah... Diary digital lebih mengasyikkan. Hahahah




Tuban 06052019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee
Lanjutkan membaca >>>