Jumat, 18 Januari 2019

Bisa Dikata Persahabatan

~~~
Lupa, sejak kapan bisa sedekat ini. Awal kenal, terbiasa manggil Mbak Nur dan entah kapan juga jadi berubah ikut-ikutan manggil Mbak Hiday.

Ok! Jadi perkenalkan, namanya Mbak Hiday Nur. Kami dipertemukan dalam organisasi Forum Lingkar Pena cabang Tuban yang lagi-lagi, entah kapan saya kembali aktif di dalamnya.

Yang masih jelas di ingatan, itu pertengahan 2017 ketika saya dan beliau melakukan perjalanan ke Trawas, Mojokerto, dalam rangka acara Writing Camp FLP Jatim (ini bersama 2 orang lainnya dari FLP Lamongan). Dalam perjalanan panjang itulah, kami banyak bercerita, atau lebih tepatnya kami berempat.

Perjalanan di antara kemacetan luar biasa -bertepatan dengan karnaval Agustus di mana-mana- tak lantas membuat kami mengeluh. Tuban-Jombang yang harusnya bisa ditempuh 2 jam, membengkak jadi 4 jam. Itu pun baru separuh perjalanan. Menjelang maghrib, kami baru mendapatkan akses kendaraan yang menjangkau lokasi.

Jauh sebelum ini, saya tidak pernah terpikir bisa benar-benar masuk dalam organisasi sebesar FLP ini. Nyemplung di FLP cabang Tuban saja sudah seneng, eh, ini sampai tingkat wilayah. Dan ini tidak lepas dari peran Mbak Hiday.

Bermula dari situ, setiap ada agenda yang berhubungan dengan kepenulisan, saya sering mengomunikasikannya pada Mbak Hiday. Bahkan, dalam kepengurusan FLP cabang Tuban sendiri. Di luar itu, saya juga dikenalkan komunitas kepenulisan lain yang hingga detik ini, saya bisa memetik manfaatnya.

Tidak ada yang spesial dari persahabatan ini karena usia perkenalan kami juga baru seumur jagung. Namun, mengenal 1 teman yang memberikan kemanfaatan jauh lebih menguntungkan ketimbang 1000 teman yang hanya hore-hore saja.

Iya. Dari Mbak Hiday, saya bisa mengenal FLP lebih jauh. Saya juga dipertemukan orang-orang hebat dalam komunitas One Day One Post. Dalam berbagai kesempatan yang ber'bau' literasi, Mbak Hiday tidak pernah melewatkan saya. Hal paling amaze yang baru-baru ini saya dapat dari beliau adalah saya terdaftar dalam salah satu narasumber "Bedah Buku 24 Jam Non-Stop" di Tuban.

Saya bersyukur bertemu beliau di mana semangat saya untuk menulis sedang surut-surutnya. Pasca menerbitkan buku solo pertama di 2015, saya memang stuck dan lama tidak menulis. Maka, mengenal Mbak Hiday menjadi oase yang akhirnya menumbuhkan kembali semangat menulis saya. Dan itu sampai detik ini (semoga seterusnya).

Keberuntungan saya masih bertambah dengan dilibatkannya saya dalam soft opening Sanngar Caraka oleh Mbak Hiday. Beliau membuka TBM yang berada di kediaman, daerah Tuban. Cita-cita beliau benar-benar tinggi dan saya ingin meneladani itu.

Dari hal yang semoga bisa dikata persahabatan ini, saya benar-benar terinspirasi akan sosok Mbak Hiday. Bahwa keberadaan manusia tidaklah dipentingkan kecuali kebermanfaatannya. Bahwa sebuah cita-cita yang tak mungkin, akan tetap bisa diraih. Persepsi tidak mungkin oleh manusia, bukan apa-apa ketimbang kemungkinan yang Allah pastikan.


🖤
Tuban 18012019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee

6 komentar:

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee