Senin, 19 November 2018

Kebencian Abdul Uzza

Kisah ini dituliskan untuk memenuhi tugas kelas fiksi genre "Fiksi Sejarah"
#karyadee #historicalfiction
🖤


Utbah tidak pernah tahu apa alasan tiba-tiba sang ayah, Abdul Uzza, memintanya untuk bercerai dari sang istri, Ruqayyah. Hingga tersebarlah kabar seantero Arab bahwa mertuanya, yang juga sepupunya, adalah seorang pembawa agama baru yang memecah belah kaum Arab, bahkan keluarga mereka sendiri, Bani Hasyim.

"Bukankah ayah mertuaku juga kemenakanmu sendiri, Ayah? mengapa aku harus meninggalkan istriku hanya untuk kebencian Ayah?" Protes Utbah ketika ia didakwa oleh sang ayah di ruang tengah, lengkap bersama sang ibu, Arwa.

Tak lama, datang pula sang adik, Utaibah.

"Ayah memanggilku juga? Sudah ada Utbah, bukan?" Tanya Utaibah sebelum ia ikut duduk bersama kedua orang tua dan kakaknya.

"Kau duduk saja, dulu!" perintah Arwa. Meski merasa ada yang janggal, Utaibah tetap menuruti perintah sang ibu.

"Kau juga cerima Umi Kultsum." Abdul Uzza berkata tegas begitu Utaibah sudah benar-benar duduk di depannya. Utbah tersenyum sarkatis ke arah ayahnya.

"Oh, rupanya kebencian Ayah benar-benar sudah mendidihkan kepala sehingga kami yang tidak tahu menahu pun harus ikut mengorbankan rumah tangga. Lalu apa keuntungan yang akan Ayah dapatkan andai aku dan Utaibah menceraikan istri-istri kami?" tukas Utbah frontal. Utaibah masih berdiam, belum tahu apa yang sedang keluarganya bicarakan.

"Kalian rela, meninggalkan agama yang sudah dibangun oleh nenek moyang kita dan kita pertahankan hingga saat ini kemudian dilenyapkan begitu saja? Aku kira, kalian anak-anak cerdas yang mementingkan golongan daripada menjadi egois seperti itu. Jika kalian masih menganggap aku dan ibumu ini sebagai orang tua kalian, ikuti perintahku atau kalau kalian masih ingin jadi menantu Muhammad, tunggu saja. Kami sudah bukan lagi orang tuamu."

Abdul Uzza langsung berdiri setelah menyampaikan titahnya dengan tegas.

"Bersumpahlah demi Tuhan-tuhan yang selalu kita puja, bahwa kalian tetap anak-anak ibu yang menuruti perintah orang tuanya. Ibu benar-benar tidak mau kalian ikut mendapatkan murka dari ayah kalian. Kalian sudah sangat tahu bagaimana wataknya. Jadi, turutilah keinginannya!" tukas Arwa lirih sepeninggal suaminya. Ia segera beranjak meninggalkan kedua putranya, menyusul Abdul Uzza masuk kamar.

"Benar kata ibu, Kak. Tidak ada yang lebih mengenal peringai ayah dari kita sendiri. Sepertinya, aku lebih baik kehilangan Umi Kultsum daripada mendapatkan murka ayah. Karena jika aku tetap keras kepala, bukan hanya aku yang akan dimurkai ayah. Umi Kultsum sendiri pun akan mendapatkan dampaknya. Aku benar-benar tak mau itu terjadi," tukas Utaibah begitu mereka berdua hanya tinggal duduk berdua di ruang tengah.

"Kamu betul. Itu satu-satunya pilihan yang kita punya saat ini."

Kemudian berangkatlah kedua laki-laki itu menemui istri mereka, Ruqayyah dan Umi Kultsum. Cerai diajukan dan mereka telah hidup masing-masing.

=====
Referensi "Muhammad Sang Yatim" oleh Prof. Dr. Muhammad Sameh Said (Cordoba, 2002)
Abdul Uzza lebih dikenal dengan laqab (nama julukan) Abu Lahab.
sedang istrinya, Arwa binti Harb, lebih dikenal dengan Ummu Jamil.


Tuban 19112018
#muthyasadeea #tulisandee
#kelasfiksiODOP6 #tantanganmenulis #historycalfiction

3 komentar:

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee