Minggu, 16 September 2018

Penegasan Al-Qur'an Perihal Kematian



و نحن أقرب إليه منكم ولكن لّا تبصرون
“Dan kami lebih dekat kepadanya daripada kamu tapi kamu tak melihat”.QS 56:85

Sungguh, tak ada yang lebih dekat dengan kita kecuali kematian. Betapapun hebat seseorang, tak akan pernah bisa berlari dari sebuah kematian. Pernah dikisahkan dalam sebuah hikayat.

Syahdan, ada seorang raja yang benar-benar kaya. Dia ingin mengadakan sebuah pesta mewah dan mengundang raja-raja dari negeri seberang. Ia berfikir, tentu dengan diadakannya pesta mewah, akan semakin banyak orang yang mengagumi dan membanggakan kekayaannya. Hingga tibalah hari pesta yang mewah itu. Pesta dijaga ketat oleh pengawal-pengawal istana yang bertubuh tinggi besar. Sang raja berpesan, supaya yang mengikuti pesta mewah itu hanya orang-orang terhormat dengan pakaian mahal. Para pengawalpun mentaati perintah sang raja.

Namun, ditengah-tengah pesta, ada seorang yang memaksa masuk. Para pengawalpun berusaha mencegahnya. Namun, kelihatannya orang tersebut terlalu kuat. Pintu baja itupun berhasil dirobohkan. Sang raja dan para tamu bukan main kagetnya melihat pintu yang sebegitu besarnya bisa roboh. Terlebih, di belakanganya berdiri hanya seorang laki-laki tua.

“Siapa kau?”, murka sang raja menghadap laki-laki itu.

“Aku malaikat maut yang akan mengambil nyawamu saat ini juga”. Sang raja bergetar bukan main mendengar suara lantang laki-laki itu. Keringat sebesar jagung meleleh dari pelipisnya. Ketakutan menjalar di sekujur tubuhnya.

Ah,,itulah kematian!!

Tak ada yang mengundangnya. Namun, ia pasti datang. Meski banyak yang menafikan akan hal itu, berfikir, hidup itu masih lama dan jalan itu masih panjang. Aha!! Tidak sesederhana itu.

كلّ نفس ذائقة الموت
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”.

Kalimat ini ditagaskan dua kali oleh Allah dalam firman Nya ( Al-Anbiyaa’:35 dan Al-‘Ankabuut:57 ). Dan jika dibahas lebih, maka Allah sekaali lagi akan memberikan pengumuman. Dan itu tidak tanggung-tanggung.

1.       لكل أمّةٍ اجلٌ إذا جاء أجلهم فلا يستئخرون ساعةً ولا يستقدمون (ينس:49)
2.     ولكل أمّةٍ اجلٌ فإذا جاء أجلهم فلا يستأخرون ساعةً ولا يستقدمون (الأعراف:34)
3.     فإذا جاء أجلهم فلا يستئخرون ساعةً ولا يستقدمون (النحل:61)

Bahwa kesemuanya itu menjelaskan, bahwa tidak ada toleransi waktu untuk “nafs”. Jika sudah tiba, maka tibalah. Apa masih perlu memandang tua muda? Laki-laki perempuan?? Atau bahkan kaya miskin?? Tidak!! Sama sekali tidak.

Ukuran kesuksesan seseorang dalam segala aspek kehidupan, tak sepatutnya layak dijadikan penentu datangnya ‘tamu tak diundang’ ini. Segala sesuatu, jika memang masih di tengah jalan, lantas layak dijadikan acuan barometer kematian, maka, tak akan ada penyesalan.

Contoh riil yang sering dinafikan manusia, adalah ketika mereka menganggap usia muda, kemudian menyepelekan segala sesuatunya dengan, “kamu masih muda”. Terlepas dari pantauan Al-Qur’an dengan segala ketetapannya, kita mungkin pernah melihat atau setidaknya mendengar cerita tentang seorang yang ‘tiba-tiba meninggal’. Ya! Itu tak ayal, bukan? Sore ini, si fulan sedang asyik bermain, tapi, menjemput malam, si fulan yang ceria telah tiada. Itu bukan sebuah ke-mustahil-an.

Mati adalah sebuah kata yang tak jarang, membuat adrenalin seorang pemimpinpun akan terkuras. ‘ia’ memang acapkali menjadi bayang-bayang orang yang senantiasa mengingatnya. Bagaimana tidak? ‘ia’ sangat tidak tahu sopan santun. Datang tanpa permisi. Aha! Persepsi gila yang pastinya akan menimbulkan kontroversi. Padahal,ah, sadarkah manusia. Man nahnu?? Jiwa yang dititipi ruh oleh_Nya. Tak lebih dari itu!

يآأيّهاالناس إن كنتم في ريبٍ من البعث فإنا خلقناكم من ترابٍ ثم من نطفةٍ ثم من علقةٍ ثم من مضغةٍ مخلّقةٍ وغير مخلّقة لنبيّن لكم ونقرّ في الأرحام ما مشآء إلى أجلٍ مّسمّى ثم نخرجكم طفلاً ثم لتبلغوا أشدّكم و منكم مَن يُتوفّى و منكم مَن يُردّ الى أرذل العمر لكيلا يعلم من بعد علمٍ شيئاً وترى الأرض هامدةً فإذا أنزلنا عليها الماء اهتزّت وربت وأنبتت من كلّ زوجٍ بهيج ( الحجّ:65)

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna penciptaannya dan yang tidak sempurna penciptaannya agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan  dalam rahim apa yang sudah Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagisesuatupun yang dulunya telah ia ketahui. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah”. (QS 22:05)

Allah… betapa kerdilnya manusia. Namun, seringkali mengabaikan itu semua. Sungguh benar sebuah ungkapan dari para penyair arab, “cukuplah kematian yang menjadi nasihat”.

وتزوّدوا فإنّ حير الزد التّقوى

“Berbekallah. Karena sesunguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”.(Al-Baqoroh:197)
Cukuplah bagaimana Nabi itu menasehatkan, “Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kau akan mati esok”.



Bersambung....
Tuban, 13092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOP_6 #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee