و نحن أقرب إليه منكم
ولكن لّا تبصرون
“Dan kami lebih dekat kepadanya daripada
kamu tapi kamu tak melihat”.QS 56:85
Sungguh, tak ada yang lebih dekat
dengan kita kecuali kematian. Betapapun hebat seseorang, tak akan pernah bisa
berlari dari sebuah kematian. Pernah dikisahkan dalam sebuah hikayat.
Syahdan, ada seorang raja yang
benar-benar kaya. Dia ingin mengadakan sebuah pesta mewah dan mengundang
raja-raja dari negeri seberang. Ia berfikir, tentu dengan diadakannya pesta
mewah, akan semakin banyak orang yang mengagumi dan membanggakan kekayaannya.
Hingga tibalah hari pesta yang mewah itu. Pesta dijaga ketat oleh
pengawal-pengawal istana yang bertubuh tinggi besar. Sang raja berpesan, supaya
yang mengikuti pesta mewah itu hanya orang-orang terhormat dengan pakaian
mahal. Para pengawalpun mentaati perintah sang raja.
Namun, ditengah-tengah pesta, ada
seorang yang memaksa masuk. Para pengawalpun berusaha mencegahnya. Namun,
kelihatannya orang tersebut terlalu kuat. Pintu baja itupun berhasil
dirobohkan. Sang raja dan para tamu bukan main kagetnya melihat pintu yang
sebegitu besarnya bisa roboh. Terlebih, di belakanganya berdiri hanya seorang
laki-laki tua.
“Siapa kau?”, murka sang raja
menghadap laki-laki itu.
“Aku malaikat maut yang akan mengambil
nyawamu saat ini juga”. Sang raja bergetar bukan main mendengar suara lantang
laki-laki itu. Keringat sebesar jagung meleleh dari pelipisnya. Ketakutan
menjalar di sekujur tubuhnya.
Ah,,itulah
kematian!!
Tak ada yang mengundangnya. Namun, ia
pasti datang. Meski banyak yang menafikan akan hal itu, berfikir, hidup itu
masih lama dan jalan itu masih panjang. Aha!! Tidak sesederhana itu.
كلّ نفس ذائقة الموت
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati”.
Kalimat ini ditagaskan dua kali oleh
Allah dalam firman Nya ( Al-Anbiyaa’:35 dan Al-‘Ankabuut:57 ). Dan jika dibahas
lebih, maka Allah sekaali lagi akan memberikan pengumuman. Dan itu tidak
tanggung-tanggung.
1.
لكل
أمّةٍ اجلٌ إذا جاء أجلهم فلا يستئخرون ساعةً ولا يستقدمون (ينس:49)
2.
ولكل
أمّةٍ اجلٌ فإذا جاء أجلهم فلا يستأخرون ساعةً ولا يستقدمون (الأعراف:34)
3.
فإذا
جاء أجلهم فلا يستئخرون ساعةً ولا يستقدمون (النحل:61)
Bahwa kesemuanya itu menjelaskan,
bahwa tidak ada toleransi waktu untuk “nafs”. Jika sudah tiba, maka tibalah.
Apa masih perlu memandang tua muda? Laki-laki perempuan?? Atau bahkan kaya
miskin?? Tidak!! Sama sekali tidak.
Ukuran kesuksesan seseorang dalam
segala aspek kehidupan, tak sepatutnya layak dijadikan penentu datangnya ‘tamu
tak diundang’ ini. Segala sesuatu, jika memang masih di tengah jalan, lantas
layak dijadikan acuan barometer kematian, maka, tak akan ada penyesalan.
Contoh riil yang sering dinafikan
manusia, adalah ketika mereka menganggap usia muda, kemudian menyepelekan
segala sesuatunya dengan, “kamu masih muda”. Terlepas dari pantauan Al-Qur’an
dengan segala ketetapannya, kita mungkin pernah melihat atau setidaknya mendengar
cerita tentang seorang yang ‘tiba-tiba meninggal’. Ya! Itu tak ayal, bukan?
Sore ini, si fulan sedang asyik bermain, tapi, menjemput malam, si fulan yang
ceria telah tiada. Itu bukan sebuah ke-mustahil-an.
Mati adalah sebuah kata yang tak
jarang, membuat adrenalin seorang pemimpinpun akan terkuras. ‘ia’ memang
acapkali menjadi bayang-bayang orang yang senantiasa mengingatnya. Bagaimana
tidak? ‘ia’ sangat tidak tahu sopan santun. Datang tanpa permisi. Aha! Persepsi
gila yang pastinya akan menimbulkan kontroversi. Padahal,ah, sadarkah manusia.
Man nahnu?? Jiwa yang dititipi ruh oleh_Nya. Tak lebih dari itu!
يآأيّهاالناس إن كنتم في ريبٍ من البعث
فإنا خلقناكم من ترابٍ ثم من نطفةٍ ثم من علقةٍ ثم من مضغةٍ مخلّقةٍ وغير مخلّقة
لنبيّن لكم ونقرّ في الأرحام ما مشآء إلى أجلٍ مّسمّى ثم نخرجكم طفلاً ثم لتبلغوا
أشدّكم و منكم مَن يُتوفّى و منكم مَن يُردّ الى أرذل العمر لكيلا يعلم من بعد
علمٍ شيئاً وترى الأرض هامدةً فإذا أنزلنا عليها الماء اهتزّت وربت وأنبتت من كلّ
زوجٍ بهيج ( الحجّ:65)
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna penciptaannya dan yang tidak
sempurna penciptaannya agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang sudah Kami kehendaki
sampai waktu yang ditentukan kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan, dan diantara
kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagisesuatupun yang dulunya telah ia
ketahui. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan
air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuhan yang indah”. (QS 22:05)
Allah… betapa kerdilnya manusia.
Namun, seringkali mengabaikan itu semua. Sungguh benar sebuah ungkapan dari
para penyair arab, “cukuplah kematian yang menjadi nasihat”.
وتزوّدوا فإنّ حير الزد التّقوى
“Berbekallah. Karena sesunguhnya
sebaik-baik bekal adalah taqwa”.(Al-Baqoroh:197)
Cukuplah bagaimana Nabi itu
menasehatkan, “Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya
dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kau akan mati esok”.
Bersambung....
❤
Tuban, 13092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOP_6 #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee