Ingatan lebih dari setahun lalu,
Writing Camp FLP Jatim, 19-20 Agustus 2017
•
•
•
Tidak mudah untuk sampai ke Vila Puri Gendhis di daerah Trawas, Mojokerto. Apalagi perjalanan di bulan Agustus diwarnai kemacetan di mana-mana dengan dalih pawai atau kirab HUT kemerdekaan Republik Indonesia. Entah salah milih harinya atau justru dari waktu keberangkatan yang tidak mendukung. Sepertinya, yang kedualah alasan utama perjalanan menjadi berwarna oleh kemacetan.
Baiklah!
Ini rute yang sepertinya tidak patut untuk jadi panutan. Karena ini 'lapak' saya, jadi tulisan ini tercipta semata-mata untuk mengenang kisah perjalanan unik kami (redaksi ini akan saya gunakan karena saya berangkat tidak seorang diri. Ada seorang teman perempuan dan 2 laki-laki lainnya. Masing-masing kami sudah menikah, ya. Catat itu!)
Siang itu, usai zuhur, kami berempat janjian bersua di alun-alun Tuban yang juga tempat pemberhentian bus. Cukup lama untuk menunggu bus jurusan Jombang memang. Bahkan, kami berdiri hampir setengah jam. Tapi, kami selalu punya bahan obrolan sehingga setengah jam berlalu dengan cepat.
Kemacetan bermula di Babat karena ada karnaval, lanjut di Samben, Ploso dan masuk Jombang pun, masih diwarnai kemacetan. Perjalanan yang harusnya bisa diselesaikan dalam waktu 2 jam, molor 2 jam. Sehingga total 4 jam di dalam bus dalam keadaaan panas dan bahkan tanpa AC. Allaah, ini baru panas dunia saja, kan?🙈
Kami sampai di perempatan arah Pasar Jombang (lupa nama daerahnya) sekitar pukul setengah lima. Bisa bayangkan, kami berempat sama sekali tidak tahu ke mana lagi atai naik kendaraan apa lagi untuk bisa sampai lokasi. Mentok banget, grabcar jadi pilihan. Dan ternyata, dari tempat kami berdiri untuk bisa sampai lokasi, butuh waktu lebih dari satu jam. 200 ribu terrogoh buat bapak sopir yang bisa jadi partner ngelucu selama perjalanan.
Karena hari menjelang gelap dan kami asyik bercengkerama, kami sama sekali tidak sadar bahwa jalanan yang sudah hpir sejam kami lalui merupakan jalan berlikuk, naik turun, dan cukup sepi. Nggak kebayang kalau mengalaminya seorang diri. Dalam hati, saya bertanya-tanya, akankah terbayar medan yang sudah dilalui sejauh ini?
Fyuuuh!
Meskipun menjelang isya' baru sampai, tapi sungguh, melihat vilanya aja udah seneng banget. Dan, jangan tanya bagaimana indahnya lokasi writing camp ketika kegiatan pagi harinya. Serasa berada di negeri atas awan. Dinginnya, sampai sum-sum tulang. Pokoknya, lelah perjalanan benar-benar terbayar tunai dengan pemandangan indah serta bonus dipertemukan saudara-saudara baru FLP Jatim.
Ok! Langsung merujuk pada judul.
Mengapa semenyeramkan itu?
Pertama-tama, bayangkan kalian naik motor dengan jalanan berliku ditambah naik turun dengan kemiringan mencapai 50 derajat. Bisa?
Jika menaiki roller coaster, setidaknya kita bisa sedikit percaya pada alat yang menahan tubuh kita. Tapi, naik motor? Salah gas saja bisa ngglundung🙈
Mungkin, tak mengapa jika sekadar jalan yang berkelok atau hanya naik turun. Namun, jalanan Trawas sungguh amazing. Kelokan dan tanjakan saling menyatukan visi untuk menguji adrenalin pelintasnya. Sungguh! Jika hanya berbekal "bisa naik motor", nggak bakalan jamin kamu bisa melewatinya dengan selamat. Para tukang ojek benar-benar sudah terlatih. Bahkan, laju mereka bisa lebih dari 50km/jam .
Sepanjang jalan, saya berusaha meredam ketakutan dengan mengajak ngobrol bapak ojeknya. Untung si bapak dengan semangat bercerita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat saya. Ah, sungguh! Mengingat perjalanan siang itu, membuat saya belajar. Bahwa seterjal apapun jalanan, jika terbiasa melewatinya, maka semua terasa mudah.
🖤
Tuban, 12092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOP_6 #ODOPBatch_6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee