Kamis, 23 Agustus 2018

Sabda Cinta (curahan hati ketika mengenangmu di masa lalu)

~Aku dan kenanganku yang paling berkesan~
#daftarodop6

🖤Sabda Cintaku🖤

Entah dengan bahasa yang seperti apa lagi aku harus mengungkapkannya? Meski aku enggan menyebutnya sebagai rindu, ini juga tak bisa dikata mudah untuk begitu saja membuat semua menghilang dalam sekejap mata.

Entah dengan lukisan seperti apa yang kemudian pantas menggambar bongkahan keegoisanku atas keputusan terbodoh –di satu sisi- namun juga tersakiti –di sisi yang lebih besar- dalam episode hidupku?

Entah harus bagaimana aku harus bersikap? Mengacuhkan rindu ini atau memanjakannya, membiarkannya melebur bersama air mata duka yang tak seorang pun melihatnya. Kemudian, aku bertanya-tanya, sanggupkah aku?

~~~

Aku mencintaimu tanpa ukuran,
Tak peduli aku kamu dalam posisi laut-gunung, terpisah jarak dan waktu. Ketika aku meyakinkan hati akan cinta yang tengah kubuai bersama Rabb, aku tak lagi butuh kenyataan lain kecuali doamu memeluk hangat malamku.

Aku mencintaimu tanpa batas,
Mengelakkan setiap sangka yang menjadikan raguyakin-raguyakin atas hati yang sudah kutetapkan. Menutup mata dan hanya merasakan jika bayangmu senantiasa mendampingi damaiku dalam kebisingan hati yang selalu khusyuk berdzikir.

Aku mencintaimu tanpa perumpamaan,
Bukan Qais yang menggilai Laila ataupun Zulaikha yang menginginkan Yusuf. Aku mengharapkan hatimu karena hatiku yang telah Ia izinkan untuk senantiasa melafalkan namamu di antara untaian doa dan pintaku untuk penjagaanmu.

Aku mencintaimu tanpa bahasa,
Meyakini bahwa diam adalah kalimat terindah untuk mewakili segenap perasaanku. Tak butuh lisan yang memberikan kesaksian palsu ketika bahasa sudah tertutur. Maka, diamku dan diammu adalah dialek yang hanya Dialah yang memahamkan antara hatiku dan hatimu.

Aku mencintaimu tanpa curiga,
Sekalipun aku hanya berbekal keyakinanku, aku tidak lagi butuh pengakuan orang lain. Tuhanku telah menykenariokan semua dengan begitu indahnya. Mengenalmu dengan nama tak sebenarnya yang kemudian Dia mengajakku untuk mencondongkan hati padamu. Tak peduli apa, siapa, dan bagaimana kamu, ketika kamu muncul dalam tahajudku –masih dengan identitas tak sebenarnya- aku tak lagi butuh apa, siapa, dan bagaimana kamu. Perlahan, lisanku mulai fasih mendzikirkan namamu bersanding dengan tuhanku.

Dan hingga detik ini, aku masih sangat mencintaimu.
Tanpa ukuran,
Tanpa batas,
Tanpa perumpamaan,
Tanpa bahasa,
Dan tanpa curiga.
Yang kemudian menyadarkanku bahwa kenyataan untuk ke-bersatu-an antara aku dan kamu jauh di atas khayalan.
Yang kemudian memaksaku untuk merelakanmu, melepasmu dengan derai air mata yang hanya tuhanku yang tahu.
Yang kemudian membuat aku menjadi manusia paling egois, jahat, dan tidak berperasaan di hadapanmu dengan meluluhlantakkan harapanmu, menghentikan hujan doa dan cintamu yang masih begitu deras membanjiriku.

Tuban, 21 Agustus 2018.
Dalam hening yang diramaikan bisik doaku, untukmu.

2 komentar:

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee