Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Allaahumma 'aafinie fii badanie
Allaahumma 'aafinie fii sam'ie
Allaahumma 'aafinie fii bashorie
Allaah...
Idul fitri ini dengan keluarga baru, suasana baru, perasaan baru, kebiasaan baru, dan lainnya yang serba baru. Tapi entahlah!! Saya justru membenci ke'baru'an ini. Hal seperti ini tidak pernah terlintas satu kali pun dalam fikiran saya. Bagaimana bisa saya menjadi seperti ini?? Ada yang salah dengan hati saya. Jelas!! Bagaimana ini? Bagaimana??
Kehidupan yang tampak normal, sebenarnya hal termunafiq yang saya jalani. Merasakan perasaan dan hal yang saya simpan seorang diri, bahkan setelah hampir satu tahun, menjadikan saya seorang yang penuh kepalsuan. Masih pantaskah saya merayakan kemenangan ini??
Allaah... harus saya bagaimanakan hati saya ini? Bukankah hati itu kuasa-Mu? Tidak bisakah Kau membaliknya dengan paksa? Jelas itu bukan hal mustahil bagiMu! Harus berapa lama lagi saya hidup dalam kemenderitaan yang saya ciptakan sendiri??
Sekalipun telah berulang kali saya menegaskan pada hati dan diri saya untuk berhusnuzhann dan berkeyaqinan atas qodarullaah, saya tetap tak bisa mendustai perasaan ini. Ke'menerima'an yang belum bisa saya biasakan meski sudah hampir satu tahun berlalu. Saya harus apa, Allaah??
Allaah, tidak bisakah saya meminta bunuh diri itu dihalalkan? Jika dan andai saja Kau mengabulkannya, saya tidaklah perlu hidup dengan kubangan perasaan bersalah serta tangis yang setiap hari saya ratapi hanya seorang diri. Entah! Kehidupan macam apa yang saya jalani hingga detik ini.
Ramadhan ini, bukan tangis karena dosa yang memenuhi malam-malam saya. Justru karena kegilaan serta harapan harapan saya yang hilang yang memaksa saya menangis, menjerit dan meratap seorang diri. Selain kepada Allaah, saya tak tahu harus mengadu pada siapa. Sekalipun pada akhirnya menemui jalan buntu dan mau tak mau menjalani kehidulan seperti boneka, saya tetap berusaha yaqin bahwa Allaah menyelipkan sebuah hikmah besar di balik hari kemenangan ini.
Dosa, khilaf serta kesalahan saya dimasa lalu membubung tinhhi di pelupuk mata saya. Benarkah tangis saya yang seorang diri ini merupakan hukuman langsung dari Allaah untuk semua bentuk kesombongan, ke'soktahu'an, serta kemunafiqan saya di masa lalu?? Dan ternyata, harus seberat ini hukuman yang saya terima. Entahlah, entahlah!!
Kerap kali sisi hati saya yang lain menegarkan. Daripada terkungkung pada hal yang tak berguna seperti ini, bukankah seharusnya saya meminta Allaah untuk mendamaikan hati saya dengan penerimaan ini? Ya! Saya juga telah berupaya untuk meminta itu. Dan entahlah!! Ada yang benar-benar tak beres dengan hati saya. Jika itu masalah pembiasaan, bahkan setelah hampir satu tahun pun saya masih belum bisa menerimanya. Hal ini benar-benar di luar kendali saya. Harus meminta dengan bagaimana lagi saya selain dengan tangis uang masih selalu saja saya nikmati sendiri??
Allaah...
Berikanlah kehidupan baru untuk saya di hari fitri ini. Jika itu bukan pembalikan hati, setidaknya, biarkan hati saya berdamai dengan kenyataan ini. Tak apa juka saya harus menebusnya dengan seluruh tangis di setiap malam saya. Sekalipun dengan sisa umur yang Kau titipkan, untuk menangisi penyesalan ini supaya hati saya berdamai dengan kenyataan, itu tak masalah. Sungguh!!
Dan hingga detik ini, masih hanya Kau yang tahu tentang ini. Hanya Kau!!
Idulfitri1437H
Masjid Astana
*Curahan hati seorang istri yang saya ubah sudut pandangnya.
Panjenengan, yang sabar geh....
#ceritasahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee