Bismillaahirrohmaanirrohim...
Ada begitu banyak kisah pada setiap kehidupan. Begitupula kehidupan saya pribadi. Bukan tentang bagaimana saya yang menjalaninya. Tapi, tentang saya yang merambah menjadi kita.
Perjalanan setiap manusia tidak pernah ditakdirkan untuk sama. Sekalipun kaki melangkah beriringan, tetap saja cerita yang disampaikan akan berbeda. Mengapa begitu?? Rasa!! Ada hal yang tak bisa diuraikan dengan kalimat, dilukiskan melalui gambar atau sekadar disketsakan melalui siluet. Cerita itu bergantung pada berbagai sudut pandang yang bagi setiap individu memiliki nilai kenangan tersendiri di benak maupun di hati. Tak mengapa jika orang lain berfikir hujan itu menyedihkan. Mungkin, ia tengah kebasahan. Atau orang lain berfikir, bahwa angin mendinginkan. Barangkali, ia kepanasan. Segalanya hanya perlu diluruskan dengan hati yang berfikir dengan banyak cermin. Cobalah, berhusnuzhann!!
Satu perjalanan ini, saya menyebutnya "Ultrasonic". Redaksi 'saya', akan saya manuvertasikan menjadi 'kami'.
Hidup bersama jauh dari kampung halaman, orangtua, sanak saudara, tanpa alat komunikasi, terkurung, terpenjara (*sadiss!!), itulah santri. Kisah ini bermula pada satu tekad sama ketika Syaikhunaa (KH. Masbuhien Faqiih, Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar, Gresik) mendaulat angkatan kami menjadi jajaran santrikhidmah 2010-2011. Meski tak bisa menjamin 100%, setidaknya, sebagian besar kami merasakan yang namanya dag-dig-dug. Langkah seperti apa yang akan kami ambil kedepannya??
Saya bukanlah pemeran utama dalam kisah perjalanan ini. Meski ada 'kami', saya pribadi tidak bisa dengan lugas menyebut siapa yang patut menjadi pemeran utama, protagonis, antagonis maupun figuran dalam kisah ini. Saya ingin membungkusnya dalam bingkai yang hanya dipandang dari sudut pandang saya sehingga komentar bagaimanapun yang muncul, itu adalah persepsi orang lain. Tentunya, saya tetap mendedikasikan ini untuk teman-teman seperjuangan.
Karena kami (baca: kisah ultrasonic ini) terdiri lebih dari duaratus kepala dengan isi yang berbeda-beda, jadi tidak semua dari kami memiliki pandangan yang sama ketika berkhidmah. Dalam satu langkah kecil, mungkin kami memilih untuk berjalan sendiri-sendiri. Semisal kegiatan yang sesuai dengan tugas masing-masing. Namun, untuk mengambil langkah besar, satu tujuan utama kami pastilah sama. Sukses!! Dan sekali lagi, meski tak semua yang bekerja keras, kami menikmati langkah kami.
Posisi saya yang hanya figuran, membuat saya lebih banyak pasif tanpa mengacuhkan posisi saya sendiri. Sebisanya saya memberikan sumbangsih meski pada akhirnya 'nol'. Entahlah! Saya lebih suka menjadi pengamat dan mendokumentasikan hampir semua kenangan dalam ingatan saya yang dikemudian hari, ketika saya merindukannya, dokumentasi itu tertuang pada ketukan keyboard berisi kisah yang saya rindukan.
Langkah besar kami, walau hanya setahun, disusun sedemikian maksimal karena kami sadar, masa seperti itu tak akan terulang bahkan hanya untuk yang keduakalinya. Perlahan, kisah ini merebak. Mendulang sukses meski masih ukuran kami yang kerdil ini. Ultrasonic yang pada akhirnya kami banggakan sendiri sebagai bagian didalamnya.
Kisah itu perlahan terkikis dimakan waktu. Satu persatu, perjalanan kami meninggalkan cabang yang berurat. Kisah indah setahun yang kami sebut ultrasonic perlahan tenggelam.
Setahun berlalu,
Dua tahun...
Tiga tahun...
Dan hari ini, kami masih "ultrasonic" dengan keseharian dan kesibukan masing-masing. Boleh jadi, 80% dari kami telah melupakan kisah itu. Bertemu di dunia maya, hanya akan jadi lirikan semata "thoh sudah gak bakalan ketemu!". Fikiran seperti itu pasti terlintas. Ya, that's really!! Sekalipun tak semua bisa disamakan, hal yang seperti itu sudah menjadi lumrah.
Bagi saya, dipertemukan dalam grup seperti ini, tak bisa menghentikan rasa syukur saya atas persaudaraan ini. Sekalipun tidak bisa setiap hari harus melulu saling bertegur sapa, sesekali membaca kekonyolan mereka di grup saja sudah terbayang betapa riuhnya kebersamaan yang pernah kami ciptakan. Karena saya, masih sekali lagi, seorang pengamat, saya hanya akan jadi figuran dalam kisah ini. Sekalipun telah bertahun-tahun berlalu, saya masih seperti yang dulu. Kisah ultrasonic sekarang, masihlah sama dengan ultrasonic yang dulu.
Ketika menuliskan kisah ini, tak ada satu niatan buruk pun yang terlintas di benak saya. Saya hanya suka menulis, sesuatu yang layak saya rindukan (*versi saya). Cerita perjalanan saya teramat panjang jika saya tuliskan seluruhnya. Ini adalah satu bagian terkecil dari episode yang saya jalani.
Photo yang saya sertakan dalam tulisan ini merupakan sedikit saksi yang melukiskan, betapa konyolnya mereka yang masih dengan setia meletakkan "ultrasonic" di hati mereka. Saya berkeyaqinan dalam pandangan saya sendiri, bahwa mungkin sebagian besar dari mereka yang hanya sekadar lirik chat, tengah memosisikan diri sebagaimana saya pribadi. Ya...! Sebagai pengingat bahwa kita pernah menjadi bagian dari "ultrasonic" dan memerankan peran kita bersama. Andai mereka memuisikan seluruhnya, tentu banyak pula tulisan tentang "ultrasonic". Dan karena saya berada di depan (berdiri sebagai author), itu mempertegas bahwa tugas saya selama ini masihlah seorang pengamat.
Tulisan ini terinspirasi dari kalimat adik saya, "aku mbak, yang notabenenya baru lulus tiga tahun lalu, temen-temenku, lewattt!! Semua sosmed ada grup alumni, tapi, beuh!! Palingan cuma buat punyapunyaan kontak aja. Syukur-syukur ada perlunya bisa bantuin. Isinya paling copascopas gajelas. Chat setahun juga ga bakal ada tanggepan".
Yah, once more, that's really!!
Seharusnya, kisah yang saya tuliskan lebih panjang dari ini. Tapi, next time kali ya....
Temen-temen seperjuangan ultrasonic yang udah sempetin baca tulisan ini, coba bisikkan perlahan di hati kalian kalimat ini...
"Untuk Syaikhuna yang telah memperkenalkan kami segalanya (baca: ilmu, persahabatan, kehidupan) semoga lantunan alfaatihah cukup sebagai balasan untuk setiap tangis demi santri yang masih bebal layak kami ini".
Mambaus Sholihin, yang tak pernah surut dari rindu yang ditasbihkan oleh santri-santrinya.
Ultrasonic, yang (semoga) tak lelah untuk selalu saya rindukan.
Bumiwali, 03juli2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee