Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Tulisan ini spesial saya susun untuk 30 jundi terhebat saya selama dua tahun ini. Perlahan, mengeja nama mereka sembari mengucap doa terbaik...
Achmad Agatha Pratama
Agus Adi Setyawan
Ahmad Quthban Zabir Ali Faaz
Ahmad Zaeni Kamil
Alifa Wakhidatus Saadah
Armianti Nadia Akhira Risky
Aroftu Lintaha Fas
Aula Shofwatul Ulya
Aurellia Talitha Nabilah Wardana
Axcelle Bruce Lee Esaputra
Daigo Zabran Nayatra
Dariel Evan Ramadhan
Divani Kusuma Wardani
Ezra Ramadhan
Fadhila Ulla Mas Udah
Izam Sabilul Muttaqien
Jihan Febian Salma
Kanaya Asshyfa
Khansa Khairina Nadhifah
Khonita Greaceana Zaliyanti
M Iskandar Cahyo Nugroho
Moch Agus Ramadhani
Muhamamd Reyhan Putra Setiawan
Muhammad Ubaidillah Al Fatih
Nayla Annida Firstania
Nindya Nuria Aisyandra
Novia Rahma
Ratu Bilqis Qothrun Nada
Shafira Putri Anggraini
Vira Lu Lu Ul Ramadhani
Sekalipun tidak terlahir dari rahim saya, mereka sudah lebih dari cukup mengajarkan saya banyak hal. Pengalaman menjadi seorang ibu meski belum pernah merasakannya. Melakukan serta memberikan yang terbaik versi saya untuk mereka.
Belum pantas rasanya untuk disebut ibu sekalipun telah banyak airmata yang saya teteskan untuk mereka. Entah itu berupa doa ataupun tekanan yang terkadang harus saya hadapi seorang diri. Tak peduli tuntutan orang lain atas keberadaan mereka, tawa mereka adalah nomor satu bagi saya.
Iya!!
Ketika suatu hari, para orangtua murid hanya bisa saling marah dan melimpahkannya pada saya. Lelah? Iya. Marah? Pasti. Tapi bukan pada putra-putri mereka. Bisa saja pada akhirnya saya juga melimpahkan kemarahan pada mereka, tapi tidak. Jelas, itu bukan perbuatan yang seharusnya dilakukan. Saya lebih memilih jalan diam. Saya yaqin, suatu hari nanti, mereka akan menyadari, bahwa tuntutan mereka adalah boomerang bagi pertumbuhan putra-putri mereka.
Usia 5-7 tahun merupakan usia emas dimana saya bebas memberikan pendidikan apapun pada mereka. Tapi, untuk menekankan pada satu bidang saja, apa jadinya masa depan mereka. Setiap anak terlahir istimewa dengan segala bentuk kekurangan dan kelebihan mereka masing-masing. Setiap anak juga berhak untuk sukses dengan langkah yang mereka pilih sendiri. Dengan keyaqinan itu, selama perjalanan dua tahun, saya hanya ingin mengajak mereka mengenal simpatisme, tanggung jawab, percaya diri, kejujuran, toleransi, kesopanan. Adakah pendidikan yang lebih tinggi dan terhormat selain melihat anak seusia mereka sudah mengerti dengan baik posisi mereka?
Dan sayangnya, tidak semua orang sependapat dengan saya. Beberapa orang hanya berfikir, setiap anak akan dilabeli 'pintar' dengan akademik atau rentetan angka yang tinggi. Di situlah kadang hati saya merasa sesak. Apa sebegitu berharganya angka-angka itu daripada melihat anak seusia mereka telah berhasil membiasakan diri untuk meminta tolong dengan sopan? Apakah masih penting angka-angka itu daripada melihat mereka bergegas ke mushola ketika tiba waktu shalat??
Setiap kali ada masalah yang sama tentang persepsi orang lain mengenai perjalanan saya bersama jundi jundi saya, saya hanya perlu menegaskan satu hal pada hati saya. Bahwa, yang menjadi prioritas utama saya adalah tawa dan kebahagiaan mereka, bukan sekadar tuntutan yanh mereka bebankan. Sekalipun penting, itu merulakan nomor sekian dari prioritas saya.
Jika diizinkan meminta, saya hanya ingin, kelak bisa melihat kesuksesan mereka. Tak peduli jika mereka pada akhirnya akan melupakan sosok saya, setidaknya saya akan senantiasa mengingat mereka. Doa yang senantiasa malfuzh dalam pinta saya, semoga abadi hingga mengantat mereka pada pintu yang layak mereka masuki.
2ramadhan1437, ba'da sahur
Allaahu yarhamunaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee