Membaca: Hanya Hobi atau Kebutuhan?

~~~
Tulisan ini semata-mata untuk reminder saya pribadi🙏



Sudah lumrah diketahui bahwa Indonesia menempati posisi dua terrendah dalam minat baca. Ini mengenaskan, mengingat munculnya banyak penulis baru. Apakah perbandingan antara jumlah penulis yang kian bertambah dengan pembaca yang kian berkurang akan seimbang?

Aan Mansyur pernah berkata seperti ini, "Di Indonesia, menjadi penulis sesungguhnya adalah pekerjaan yang mudah. Tetapi, di negara yang tampaknya semua orang ingin jadi penulis tetapi tidak mau jadi pembaca, menjadi penulis yang bagus adalah pekerjaan yang sangat sulit." (@majaskreatif)

Bisakah dikatakan sebuah tulisan itu bagus jika asupan bacanya bukan pengetahuan bermanfaat? Apa benar, kaitannya penulis yang bagus adalah kualitas bacaan atau sekadar pengarang yang mengarang-ngarang cerita?

Seorang penulis amatir pernah menganalogikan kurang lebih begini, "Penulis tapi tidak mau membaca, seumpama orang yang sedang terkena diare. Dia mengeluarkan sesuatu yang tidak ada harganya. Juga sebaliknya, seorang yang suka membaca tapi enggan menulis, dia akan seperti orang berpenyakit ambien. Dia banyak makan, tapi semua tertahan dan tidak bisa keluar."

Jelas erat kaitan antara membaca dan menulis. Jika memiliki hobi membaca, usahakan menuliskan kembali apa yang telah dibaca, sesuai bahasa dan pemahaman yang didapat. Itu bukan plagiat, tapi proses kreatif menulis. Atau jika memiliki hobi menulis, jafikan membaca sebagai kebutuhan supaya tulisan berbobot.

Jika Kang Abik hanya menyajikan cerita cinta Fahri-Aisyah tanpa ada embel-embel informasi kultur Mesir atau sekilas ayat dan hadits, maka sudah banyak ditemukan cerita serupa. Namun, untuk menjadi berbeda, harus ada pemberat pada tulisan yang tercipta.

Note to myself
Semoga semangat baca bukan semata kejaran deadline tantangan. Tapi murni kebutuhan untuk konten menulis. Tapi, bahagia bisa berperan dalam kegiatan Reading Challenge ini😄

🖤
Tuban 02042019
#muthyasadeea #tulisandee #ceritadee