Jumat, 11 Januari 2019

Menuju Sewindu #myjourney

28 Oktober 2011 - 11 Januari 2019


Tak terasa, hampir sewindu perjalanan pengabdian yang sudah terlewati. Sebut saja ini adalah sebuah yayasan dengan label Lembaga Pendidikan Islam yang telah berperan penting dalam perubahan saya hingga seperti sekarang ini. Tempat di mana saya menemukan dunia baru.

Genap enam tahun di bidang anak usia dini, saya berpindah haluan ke tingkat dasar. Mengapa bukan sebuah sekolah negeri yang kata 'mereka' lebih menjanjikan? Karena waktu itu posisi baru pulang dari pondok (*yaampun, jujur banget) jadi prioritasnya, cari pengalaman, cari kesibukan, nambah pergaulan. Secara, 7 tahun berkelana dan kembali ke tanah kelahiran itu udah seumpama alien yang nyasar ke bumi. 

Namun, dalam tulisan ini saya ingin menuliskan 2 tahun terakhir sejak saya tergabung dalam keluarga besar MI Hidayatun Najah. Di sini, ada berbagai jenis manusia, meski kebanyakannya beraura positif yang tentu membawa perubahan baik, tetap saja isi kepala manusia berbeda-beda. Kalau kata Cak Nun, seperti yang saya tulis dalam buku Hidup itu Harus Pinter Ngegas & Ngerem, sebagai manusia, kita harus menadaburi manusia lainnya. Biar ilmunya manfaat, langsung diaplikasikan.

Saya tidak hendak menyombongkan diri seolah menjadi satu-satunya saksi hidup perjalanan lembaga ini. Namun, saya benar-benar melihat perjalanannya, dari yang bermula hanya terdiri satu kelas dengan total tak kurang dari 25 anak hingga sekarang bisa 5 rombel untuk satu tingkatan dengan kapasitas kelas mencapai 30 anak. 

Belum lagi bicara tentang gedung yang dulunya masih satu komplek dengan jenjang lain, kemudian melakukan babat alas hingga kini bisa berdiri kokoh gedung dengan dua lokal berlantai dua. Kini masih proses penambahan gedung, mengingat jumlah kelas yang masih kurang tiap tahunnya.

Maa syaa Allaah wa tabaarakallaah

Masih jelas juga di ingatan, tujuh tahun lalu, hanya ada 4 guru untuk dua kelas yang sudah dibuka (*semoga Allah limpahkan kesehatan pada mereka berempat, amin...) dan kini sudah berkembang mejadi hampir 100 kepala. Pencapaian ini dalam kurun tahun ke dasawarsa dan saya menjadi satu dari sekian banyak saksi.

Ini lebih dari doa dan usaha yang terus dilakukan orang-orang hebat di belakang panggung. Mereka tidak berperan langsung dalam dunia pendidikan yang sudah diusahakan namun justru menjadi fasilitator, bahkan bukan sekadar untuk para generasi penerus bangsa, tapi juga untuk para pencari rezeki dan pemburu berkah.

Lembaga ini masih terbilang baru, sangat malah. Oleh karenanya, perubahan dan pembenahan terus dilakukan. Dalam bentuk sistem, organisasi, administrasi, pelayanan, pembelajaran, dan sebagainya. Berbagai bentuk saran dan kritik juga membuat jajaran staf guru karyawan banyak belajar menyikapi masyarakat madani.

Di kota kecil kami, lembaga ini sudah termasuk 'sekolah bergengsi' yang banyak direkomendasikan. Apalagi dengan tagline "Bermutu dan Terjangkau" yang menjadi sasaran masyarakat menengah ke bawah. Lebih-lebih, untuk yatim dan dhuafa memang diberikan keringanan administrasi.

Saya pribadi, dari sini menyimpulkan bahwa memang tak ada sesuatu yang terjadi dengan instan. Jika memungkinkan untuk membuat kaleidoskop, saya ingin membuatnya versi saya, bagaimana 8 tahun saya menjadi bagian dalam lembaga ini.

Meski tulisan ini singkat, semoga masih diberikan kesempatan untuk menganakkannya hingga bisa menjadi sebuah cerita tersendiri. Allah mampukan, in syaa Allaah...


Tuban 11012019
#muthyasadeea #tulisandee #myjourney
#30haribercerita #onedayonepost

3 komentar:

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee