Sabtu, 08 September 2018

Sekeping Harapan yang Dipasrahkan pada Langit

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing.

🖤
Setiap anak berhak untuk memilih masa depannya, kelak menjadi apa, bagaimana dan melakukan apa. Mereka terlahir merdeka tanpa harus mematuhi aturan hierarki keluarga. Tidak seharusnya, sebagai orang tua yang mengarahkan dialih-fungsikan menjadi orang tua dengan hak kepemilikan. Anak merupakan titipan Tuhan, sudah kodratnya bebas, melakukan sesuatu yang diinginkannya.

Maka, harus dimengerti pula bahwa anak memiliki tanggung jawab sendiri untuk kehidupannya, yang itu meliputi pilihan, kemauan, dan kehendaknya. Tidak semua kesalahan anak bisa dibebankan kepada orang tua. Pun sebaliknya. Di balik kesuksesan anak, ada banyak peran orang lain atau justru dari dirinya sendiri. Mereka dibekali akal oleh Tuhan sama dengan kedua orang tuanya sebagaimana makhluk ciptaan-Nya. Adat yang telah menjamur, menjadikan kebanyakan masyarakat berpandangan bahwa hubungan orang tua dan anak adalah simbol nomor satu setiap kesuksesan, begitu juga dengan aib. Padahal, jalan takdir yang mereka lalui memiliki garis masing-masing.

Tak apa jika ada pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya atau sekaliber hadits yang menyatakan tentang fitrah anak. Namun sepertinya, sudah banyak kita jumpai tentang perilaku anak yang sama sekali tidak menggambarkan pribadi kedua orang tuanya. Atau pula sebaliknya, orang tua dengan karakter anak yang jauh lebih baik perilakunya.

Dalam konteks riil kehidupann sekitar kita dan di akhir-akhir ini, anggapan bahwa anak sudah bisa memikul tanggung jawab untuk pilihannnya sendiri merupakan hal wajar dan lumrah. Bukan berarti lantas setiap orang tua akan lepas tangan untuk tindakan anaknya. Namun, ini lebih kepadaa melatih mentalitas anak menghadapi kehidupan yang meski tidak mereka kehendaki, semua tetap akan berjalan sesuai takdirnya.

Lantas, dengaan batasan apa seorang anak mengambil tanggung jawab tersebut?
Ketika mereka menolak setiap pilihan yang diberikan orang tua. Jika pada waktu itu anak-anak telah sanggup memberikan jawaban di luar pilihan, maka terhitung sejak saat itu pula tanggung jawab atas pilihannya mulai diberlakukan.

Bagaimana jika pada akhirnya mereka menyadari bahwa pilihan itu salah dan memberikan dampak buruk pada orang tua?
Perhatikan ini
Tidak pernah ada istilah mantan orang tua pun anak. Orang tua tetaplah orng tua semenolak apapun anaknya, begitu pula anak, tetaplah darah daging se-tidak mau apapun menghindarinya.
Boleh jadi, dari situ muncul satu pembelajaran hikmmah baik untuk aanak maupun orang tua. Kendati penyesalan berada di akhir, tetap saja akan selalu ada jalan keluar untuk setiap permasalahan yang datang.

Berposisi sebagai anak sekaligus orang tua, saya belajar satu hal dari orang tua saya. Sejatinya setiap aanak yang terlahir, sekalipun dari rahim yang sama, memiliki kepala dengan isi pemikiran yang berbeda. Maka, selain melangitkan doa dan harapan, tak ada lagi yang bisa dilakukan saat pilihan ditolak dengan keputusan yang berbanding terbalik dengan arahan yang diberikan.


🖤
Tuban, 04092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOP_6 #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee