Rabu, 06 Maret 2019

Korelasi Hujan dan Kenangan

~~~
Dingin malam ini hasil guyuran hujan kemarin malam dan bahkan seharian tadi. Tak ada cahaya matahati walau secercah. Justru air berebut menetes dari gumpalan awan hitam menggantung yang tak kunjung beterbangan diterpa angin.

Bersamaan ini, kusertakan kisahku yang berbalut dingin. Lebih banyak air mata ketimbang tawa. Namun, terlihat banyak bahagia dari berduka. Ini bukan tentang munafik, tapi memang ada beberapa hati yang tak ingin berbagi sebentuk apapun perasaan yang ada.

Ada yang tak benar ketika kecewa itu mengendap dalam hati. Tak tahu harus dimuarakan ke mana saat tangis tak lagi terbendung. Pilihan tersisa adalah membisu, hidup sendiri seolah tak ingin diketahui banyak orang. Bukan individualis, tapi hanya menutup untuk sebuah duka.

Orang bilang, hujan merupakan waktu sakral orang menimang kenangan. Namun, bagaimana jika kenangan itu serupa hujan yang tak henti mengguyur? Bukan tentang masa, tapi luka yang tertinggal. Karena di sana, ada banyak air mata.

Hujan seharian ini, berbanding lurus dengan kisah duka tak usai dari sekian purnama. Sesekali, masih ditambah guntur serta kilat yang terus bersahutan. Fenomena alam itu sudah serupa gambaran hati yang divisualkan nyata.

Lalu, haruskah aku berkolaborasi dengan hujan untuk menyowankan kenangan hanya pada masa lalu? Sekarang ini, waktunya mengukir kenangan baru.


🖤
Tuban 06032019
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee

1 komentar:

  1. Hhii... aku masih kesulitan memaknai puisi kak. Salam kenal yah.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee