Seperti kehilangan arah, aku tak tahu bagaimana menafsirkan hari-hariku belakangan ini. Seperti dipermainkan waktu yang tak berkoma, aku menjalanj banyak peran. Pura-pura bahagia, pura-pura baik-baik saja dan segalanya tak ada masalah.
Di satu sisi, aku merindukan duduk berdua, dimanja ketikan tuts-tuts pada keyboard laptopku. Namun, selalu ada hal yang membuatku mengurungkan rindu itu. Entahlah! Sedang pada posisi apa aku saat ini.
Aku rindu menulis, menuliskan hari-hari yang kulalui begitu saja. Aku merindukan waktu di mana aku bebas menumpahkan segalanya dalam bentuk cerita. Dan sepertinya, aku tersesat untuk sesaat. Semua arah yang kutuju, lenyap.
Ada yang hilang dalam diriku dan aku sibuk mencarinya. Hingga akhirnya aku berada di titik, di mana aku menyadari, sudah bukan lagi waktunya untuk mencari yang hilang. Tapi, berpikir bahwa kelak yang hilang akan digantikan lebih baik.
Tak seorang pun memahami posisiku karena pada hakikatnya, manusia memiliki tempatnya masing-masing. Dan aku sadar, bersandarku saat ini hanya akan bertahan pada-Nya. Tak ada yang mengertiku sebaik Dia memahami semua perasaanku.
Aku masih ingin menikmati kebebasan. Tertawa yang sesungguhnya tertawa. Bahagia yang sesungguhnya bahagia. Berjalan sesuai kodrat dengan penuh rasa bangga. Kemudian, salahkan aku mengabaikan yang telah hilang dan berharap pada harapan baru?
Air mata sudah tak lagi berhak menelanjangi kesedihan ini. Terkadang, ada yang lebih jujur ketimbang air mata itu sendiri. Hati yang meratap, tak terdengar orang lain, lebih berhak untuk memahami duka.
Maka, sudah tak tersisa lagi keinginan menunggu yang hilang. Yang kulakukan saat inj, berpijak di tempat baru dengan harapan baru pula.
Allaah, Kau begitu dekat.
🖤
Tuban 12122018
#muthyasadeea #tulisandee

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee