~Kursi Kosong~
🖤Dee🖤
•
•
•
Fikri baru saja memasuki rumah berbarengan dengan ibunya yang juga usai berjamaah isya' dengan Rani, si putri sulung. Seperti biasa, Hidayah -ibu Fikri, sekaligus Rani- segera beranjak dan menyiapkan makan malam. Fikri sudah mengganti baju kokonya dengan kaos pendek dan duduk di kursi meja makan.
"Fikri panggil Mbak Nina ya, Bu. Biar bisa makan bersama," ujar Fikri yang sudah beranjak tanpa menunggu jawaban dari ibu maupun kakaknya. Fikri berhenti di depan pintu kamar Nina. Pintu itu, hampir setiap harinya tak pernah terbuka. Fikri menjadi ragu untuk sekadar mengetuknya. Namun, ia tetap harus melakukannya.
"Mbak Nina.... Makan, yuk!" Ajak Fikri singkat dengan tangan yang mengetuk pintu kamarnya perlahan. Tak menunggu lama, pintu terbuka. Tampak Nina dengan wajah lesu, tanpa senyum atau sekadar ucapan terima kasih untuk adik bungsunya pun tak ia lakukan. Fikri segera mengekor di belakang perempuan berambut pirang tersebut.
Atmosfer ruang makan benar-benar terasa aneh. Fikri seolah-oleh menjadi satu di antara 4 pating lainnya yang duduk bersama tapi tak saling bicara. Tatapannya mengabsen satu persatu pada sang ibu dan dua kakak perempuannya. Nyalinya menciut untuk membuka suara. Tidak satu wajah pun yang akan bisa menerima candaannya. Setidaknya, itu yang tengah dipikirkannya.
Di tengah makan, Nina berdiri. Dia memang sudah menyesaikan makannya yang hanya seujung centong. an tanpa ada sepatah kata pun, Nina kembali ke kamar. Fikri menatap sayu ke arah kepergian sang kakak. Meski sudah hampir sepekan, ia tidak ingin hal seperti ini terus terulang dan menjadi kebiasaan.
Kali pertama kursi di meja makan kosong adalah milik ayahnya. Itu lebih dari setahun lalu, ketika Fikri masih duduk di bangku kelas III SD. Dan kursi itu, kini sudah resmi menjadi milik ibunya.
Sebelumnya, hampir setahun lamanya, enam kursi meja makan selalu terisi penuh. Fikri, ayah-ibunya, Rani dan suaminya juga Nina. Fikri tujuh tahun masih mengingatnya dengan baik. Termasuk bagaimana akhirnya, kurai yang sempat kosong selama 10 bulan kembali terisi dengan kehadiran Teguh, suami Nina.
"Fikri. Ada PR apa? Ayo, belajar sama Mbak Rani!" Ajakan Rani membuat Fikri membuyarkan lamunannya sekaligus memancing gerak refleknya untuk segera beranjak. Tak lama, ia kembali ke meja makan dengan bawaan buku di tangan.
"Mas Wahyu kok, nggak permah pulang, Mbak" tanya Fikri tanpa tedeng aling-wling ketika ia hendah duduk di kursi. Hidayah, ia sedang mencuci tumpukan piring kotor di watafel. Yanpa merasa berdosa, ia menatap ke arah sang kakak yang sepertinya tak punya jawaban yang sesuai untuk ekspektasinya.
Mbak Rani nggak mungkin bohong. Begitu pikir Fikri sehingga percakapan panjang akan tercipta di meja makan itu.
🖤
Tuban, 24092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee