🖤
Pada kemenangan Khabib, bisa ditemukan bahwa ia menjunjung tinggi sebuah penghormatan pada agama, orang tua, serta negaranya. Di negara yang mayoritas muslim, sebagian dari kita melihat bahwa hal seperti itu tak perlu dilakukan. Bahkan seringkali kita abai pada hal-hal sepele terkait dengan persinggungan agama ataupun keluarga. Tidakkah terbersit dalam hati bahwa sudah benarkah kita berislam?
Kalimat syahadat bukan semata-mata menjadi legalitas seseorang dicap sebagai muslim. Ada makna implisit yang harus dipahami terkait dengan syahadat tauhid. Pemaknaan "tiada Tuhan selain Allah", bukan sekadar pada lisan. Ada aksi yang harus diterapkan dalam kesehariannya.
Hal paling sepele, bahwa tidak ada satu pun yang patut kita banggakan, karena sejatinya kita saat ini bukanlah siapa-siapa tanpa-Nya. Kita sering menuhankan uang, kedudukan, kekuasaan, sehingga lupa bahwa itu semua bersumber dari Allah. Dan kita bisa meneladaninya dari kemenangan Khabib Nurmagomedov.
Begitupula keteguhan Miftah dalam rangka mempertahankan prinsipnya. Ia sadar betul tentang aturan IJF (International Judo Federation) untuk tidak mengenakan aksesoris kepala. Keteguhannya untuk maju bukan semata-mata ingin dihargai sebagai muslim. Jika sebatas itu, tidak mungkin pemerintah mengalokasikan dana untuk langkahnya mengikuti ajang Asian Para Games 2018.
Saya tengah dalam proses mempertanyakan keislaman saya sendiri. Jika saya di posisi mereka, mungkin mengalah pada takdir menjadi pilihan pertama. Namun, Allah punya cara mengistimewakan hamba-Nya. Mereka yang teguh memegang prinsip, menjaga harga diri serta menunjukkan sisi keluhuran islam sebagai sebenar-benarnya agama.
🖤
Tuban, 11102018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee