~20 Maret 2018~
🖤
Pagi itu, perjalanan ke RSML (Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan) hanya berniat untum periksa. Sejak awal Februari, saya merasakan sakit yang aneh. Tidak bisa duduk lama, berdiri lama, mudah ngos-ngosan, dan tidak kuat menaiki anak tangga. Seluruh dokter umum di Tiban sudah saya jelajahi dan vonisnya sama, asam lambung. Diminta bedrest hingga 2 pekan.
Hingga akhirnya saya bertemu dengan seorang mantri desa. Vonis beliau menyatakan bahwa lambung saya sudah terluka dan parah. Berbagai jenis makanan harus saya hindari. Pedas, asam, buah-buahan, susu, jagung. Ntahlah! Apa saja. Sebagai orang awam, saya menaati titahnya.
Saya juga sudah 2 kali melaksanakan pemeriksaan keseluruhan dan amazingnya, hasil laporan kesehatan menyatakan saya normal. Saya gemas sekali. Lantas, penyakit macam apa yang membuat saya hanya bisa tidur di rumah? Bahkan saya sudah mengajukan cuti sejak akhir Februari dikarenakan bedrest yang harus saya jalani selama 2 pekan.
Semua sudah diatur Allah.
Harusnya, pukul 09.00 tidak lagi menerima pendaftaran pasien baru, apalagi untuk dokter praktik pagi. Namun, resepsionis mengatakan bahwa saya tetap bisa ikut antre jadwal dokter praktik pagi dengan nomor antrian paling belakang. Ah, tak apa. Jarak Tuban-Lamongan cukup jauh, jika harus dipakai bolak-balik.
Sekitar pukul 01.00, saya benar-benar menjadi pasien terakhir. Dokter Bambang namanya. Beliau ramah dan aura positifnya sangat terasa. Saya diminta rebahan untuk pemeriksaab setelah mengadukan keluhan yang saya rasakan. Saya juga memberikan laporan kesehatan saya dari rumah. Kebetulan, di dalam ruangan, ada banyak dokter muda.
Saya merasa ada yang aneh dengan komunikasi para dokter, khususnya Dokter Bambang, yang berkali-kali melihat mata, lidah serta meraba nadi saya. Dokter Bambang mengajukan beberapa pertanyaan aneh yang saya iyakan. Ibu juga membenarkan (kebetulan yang menemani periksa memang ibu).
"Ibu, putrinya harus dibawa ke UGD?"
Bukan hanya ibu, saya juga mengerjap tak percaya. Saya sakit apa? Dokter Bambang bahkan tidak mengatakan apapun setelah memastikannya dengan kalimat yang baru saja saya dengar. Air mata mulai mengalir.
Sejak kecil saya tumbuh sehat dan jarang sekali sakit. Mentok, batuk atau juga demam. Namun, itu hanya hitungan jari hingga usia saya sedewasa ini. Lalu, mana mungkin saya dengan tiba-tiba sakit dengan stamina yang baik-baik saja?
Ah, tak apa.
Meski terus menangis, saya berusaha menyugesti pikiran saya bahwa ini akan baik-baik saja. Fisik saya masih lengkap dan tampak sehat. Itu bisa menjadi bahan syukur saya yang saat itu nyaris putus harapan. Pikiran buruk saya terus saja bermunculan. Namun, Allah itu dekat. Sakit ini, bentuk kasih sayang Allaah.
🖤
Tuban, 10102018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee