~Percakapan Bertiga~
🖤
Rani masih mematung di tempatnya. Lututnya bergetar keras ketika berdiri sehingga membuatnya kembali terduduk. Matanya memerah, mengindikasikan air yang siap ambrol dari sana. Tangannya sedingin es, beku. Ditambah tenggorokannya yang tercekat, pita suaranya seolah putus.
"Mbak Rani..." Lelaki itu tertunduk, tidak bisa berlaku lebih.
"Ibu belum tahu, kan?" Rani bertanya dengan suara bergetar. Lelaki itu mengangguk dan Rani akhirnya benar-benar menangis.
Hidayah muncul dari dalam rumah. Ia langsung menjejeri putri sulungnya setelah lelaki itu menyalaminya dengan takzim. Keningnya berkerut, mempertanyakan isak Rani yang mulai terdengar melirih.
"Ada apa ini, Teguh?" Hidayah bertanya pada lelaki yang duduk di seberang meja. Lelaki itu tertunduk, tak berani menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. "Teguh ..." Panggilan Hidayah membuat Teguh, berbarengan dengan Rani, mengangkat kepala.
Rani mengalihkan pandangannya ke arah Teguh, kemudian mengangguk pelan. Ia seolah berisyarat bntuk lelaki itu. Dan tanpa respon, Teguh sudah membuka ponsel dan menyodorkannya pada Hidayah. Tentu saja itu membuat Hidayah memicingkan mata, bertanya-tanya sendiri.
"Astaghfirullaah!"
Dan keadaan yang baru beberapa saat lalu dialami Rani, kini juga dialami Hidayah. Isaknya pecah, jauh lebih keras. Rani tahu, ibunya jelas sangat terkejut, marah, kecewa, benci, dan entah apa lagi yang sudah ada di hatinya.
Ponsel itu, memperlihatkan sebuah akun media sosial dengan postingan foto vulgar laki-laki dan perempuan. Sayangnya, Hidayah mengenalnya dengan baik. Itu putrinya, putri kandung yang lahir dari rahimnya. Tadinya, Rani yang ditegarkan sang ibu, dan sekarang posisi itu berbalik. Rani sadar, yang ibunya punya saat ini hanya dirinya.
"Maaf untuk memberi tahu perihal ini. Ini saya lakukan semata-mata, karena masih menganggap bahwa Bu Hida adalah ibu saya. Saya akan berusaha membantu semampu saya. Dan saya merasa, ibu harus tahu tentang ini karena memang dunia maya sosial media sangat jahat," ujar Teguh dengan suara lirihnya. Ada separuh hatinya yang longsor melihat tangis wanita paruh baya tersebut.
Hati ibu mana yang tak runtuh melihat putrinya tumbuh di luar batas dan kendali. Belum lagi nama baik keluarga yang dipertaruhkan. Sosoknya yang dikenal sebagai "ustadzah" dengan hasil didikan putru yang bahkan tidak akan dinyana seorang pun. Hidayah tak sanggup berkata-kata. Air matanya sudah menyampaikan semua.
🖤
Tuban, 08102018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee