Jumat, 28 September 2018

Terlambat Mengenangmu #part5

🖤
Di Selasa pagi.

“Semua udah siap kan, Ma? Aku ingin segera pulang. Aku merasa jauh lebih baik. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan dari keadaanku. Aku sudah bosan di ruangan sempit ini. keluarga Tuban jangan lupa dikabari tentang semua agendanya, Ma."

Aku sejenak termangu. Itu suaramu. Benar suaramu. Mengapa tak terdengar seperti orang sakit? Bukankah kamu koma dari seminggu yang lalu? Atau ini... Astaghfirullah! Kucoba tepis semua su’udzonku. Kuberanikan langkah melewati daun pintu yang bertuliskan “08”. Mendekap erat mukena yang baru saja kupakai untuk shubuh di mushola rumah sakit.
Yah! Keadaanmu sangat bugar. Wajahmu tampak ceria. Sama sekali tak terlihat pucat.

“Ita....”

Belum sempat aku menyahut, tiba-tiba saja tanganku di genggam erat. Lalu ditarik paksa kembali keluar ruangan.

“Adik terbangun sejak jam 3 tadi. Kakak yang berada tepat di sampingnya, segera terbangun. Melihatnya sudah dalam keadaan usai tahajud. Kakak sendiri sangat terkejut melihatnya. Sungguh, memang nggak ada hal yang patut dikhawatirkan dari keadaanya saat mendapatinya seceria tadi."

Allah...teka-teki apa lagi ini??

Jika saja aku mampu untuk mencecarmu, ingin rasanya aku memaki sepuasku. Menjatuhkan semua mimpimu untuk menyeretku. Dasar, manusia gila! Bodoh! Pesakitan! Harusnya kau tak usah muncul dalam kehidupanku. Harusnya takdir kita dihapus saja.

Hingga tepat malam Jumat, 23 Juni 2011/ 22 Rajab 1423.

Janji yang kau ucap sendiri. Amanahmu patut untuk di beri peringkat mumtaz. Yah! Setidaknya, untuk janji sebesar itu, kau benar-benar memenuhinya. Tilawah setebal qur’an dalam pendengaranku dengan disaksikan seorang imam masjid yang sengaja kau panggil. Sungguh! Hati siapapun akan tersentuh ketika lantunan ayat tersuara berirama begitu merdu. Sebuah hutang yang ingin kau bayarkan sebelum datang esok, minggu depan, tepat di Jum’at, 1 Juli 2011/ 30 Rajab 1423. Hari yang entah sejak kapan diputuskan akan menjadi hari sakral untuk masa depanku dan kamu. Dan sebuah hari yang bahkan aku sendiri tak tahu.

# # #

Memorandum tak terlupakan.

Bintaro, 1 Juli 2011.

Beberapa karangan bunga mewah masih terlihat berjejer di sepanjang pintu masuk sebuah rumah mewah. Mataku menatap mosong ke setiap tulisan yang tereja jelas dalam setiap rangkaian warna-warninya. Aku masih berharap, ini hanya mimpi buruk.

Lalu, bisakah kau bayangkan, kebahagiaan yang di depan mata hilang dalam sekejap? Sebuah kejujuran yang tersimpan justru membuat kamu hancur? Keterlambatan untuk bersikap yang pada akhirnya menyisakan kekecewaan, serta duka yang mendalam dan bermuara pada keputus asaan.

Perempuan manapun tak akan pernah sanggup membayangkan posisi ini. Kalaupun sanggup, apa yang akan dilakukannya saat ternyata tak ada lagi kesempatan untuk bisa membalas ketulusan cintanya yang telah terbubuhi kebencian selama bertahun-tahun?T

Tidaksadarkah engkau, kepergianmu meninggalkan sebuah trauma yang belum terobati hingga detik ini. Saat dimana aku tak lagi mampu untuk mengenal apa itu “cinta”.



🖤
Tuban, 28092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee