Sabtu, 22 September 2018

Terlambat Mengenangmu #part1


Dan mengingatmu, adalah luka yang tak akan pernah terobati. Menggali dalam gurat kecewa yang tertanam. Merobek seribu duka yang pernah kau ukir di hatiku. Namun, mengingatmu juga adalah senyum terindah yang kurasa. Saat ku menyadari, adamu begitu berharga dalam perubahanku saat ini. Well! Akhirnya semua jadi kekecewaanku, yang kini justru menguras seluruh adrenalin.

Dan sungguh,
Allah begitu sangat menyayangimu. Semua yang ada padamu, bukan hanya membuatku ingin selalu mengenangmu. Tapi, membuatku iri. Betapa beruntungnya kamu, yang begitu dicintai oleh Tuhanku. Di sisa waktu yang kau sendiri tak tahu kapan akan berakhir, kau telah dengan sempurna menghafal kalam suci-Nya. 

Sungguh! Semua dunia ‘mewah’mu, dengan tenangnya kau lepaskan. Kepopuleran, kekayaan, keglamoran, dan semua jubah prestasi yang kamu ukir dalam akademis, kau lempar begitu saja demi memenuhi panggilan hatimu. Ya! Hati yang telah dikehendaki Allah untuk lebih mendekat pada Nya.

Kalimat-kalimat indah yang sarat akan nasihat dan ajakan kebaikan, seringkali membuatku terkesiap, menyadari akan sikap bijak dan sabarmu untuk menghadapi kekakuan sifatku yang enggan menerimamu. Kau telah dengan begitu indah mengajakku berdamai bersama Tuhanku. Mengenalkan kuasa Nya yang tak tertandingi oleh apapun. Termasuk kuasa dan kayamu. Yah! Dan terbukti. 

Allah memang sangat menyayangimu. Hingga Dia tak sabar ingin segera berjumpa denganmu. Sungguh! Penyesalanku kini hanya berujung trauma. Menyisakan duka saat mengenangmu. Menguras adrenalin, ketika semua keping kenanganmu menghantam jantung ingatanku.

Cintamu seolah mendarah daging dalam aliran jiwaku. Menyatu indah dalam bulir tasbih saat mengecap asma-Nya. Semua tentangmu membuatku hina dan sangat rendah di hadapan Tuhanku sendiri. Dan untuk saat ini, adakah hal yang bisa kulakukan untuk membalas cintamu yang sudah terbingkai abadi dalam sujud malam bersama Tuhanku? Biarlah Allah yang menilai kedalaman hatiku. Karena kau telah begitu abadi bersemayam dalam sentausamu.

~~~
Kediamanku...
Juma’t 25 September 2009/ 6 Syawal 1430

Keberanianmu patut diacungi sepuluh pasang jempol. Dan aku menjamin, orang tua manapun, ketika ia mendengar keputusan setegas apa yang telah kau sampaikan pada kedua orang tuaku, pasti tak akan mampu menolakmu. Yah! Siapapun itu. Tapi sayangnya, posisi itu justru menghimpitku. Menjadikan hari-hari yang harusnya aku lalui dengan senyum, berganti menjadi hari kelabu dipenuhi sesak ribuan penyesalan atas semua ego dan munafiqku. Berhiaskan danau air mata, berpantaikan tawa penuh bahagia. Macam gadis apa aku? Mendustai perasaan yang harusnya aku rasa. Menafikan apa yang seharusnya jadi bahagiaku.

Tahukah kamu?

Ketika aku begitu menyesali semuanya dan itu terlambat. Yah! Kepalsuan. Aku tak tahu bagaimana harus mengambil sikap. Kau pergi dengan tenangnya. Mengabaikan aku dengan berjuta sesal yang setiap hari menghantui mimpiku. Namun, aku sadar. Kamu memang harus berubah. Mendahulukan panggilan hatimu, daripada memedulikan perasaanku yang saat itu lebih dari sekadar ombak yang terombang-ambing.

Dan masih sangat melekat dalam ingatanku.

“Akan kujemput halalmu di sini.”

Kau menunjuk bangga dadamu sembari tersenyum. Tak pedulikan aku yang bertaruh batin untuk tidak meluncurkan mutiara beningku melihat kepergianmu. Kepergian  yang harusnya kuhantar dengan sesungging senyum. Karena kau tengah memenuhi panggilan-Nya. Panggilan untuk mendekat dan mengenalNya lebih jauh.

Sadarkah kau?

Aku begitu sangat mencintamu detik itu juga. Menyesalkan keegoan yang telah lebih dari 5 tahun aku pendam. Dan harus berujung merelakanmu berhijrah ke Negeri Pyramid. Selamat jalan...

Ahhh, tidak!!





Tuban, 20092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6 #ODOP_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee