Jumat, 21 September 2018

Ngojek Rasa Naik Roller Coaster #myjourney

Perjalanan ziarah bumi wali, Sunan Muria
Kudus, 01 Desember 2017



Karena perjalanan ini bersifat rombongan, saya tidak ingat detail bus bisa sampai di wilayah ini. Yang pasti, tahu-tahu sudah di parikiran bus menuju Makam Sunan Muria. Parahnya, cuaca sedang tidak bersahabat. Mendung dan hujan. Tak deras memang, hanya rerintikan saja. Namun, tetap saja jika diterjang akan jadi basah kuyup.

Dan, para pedagang jas hujan sibuk menjajakan plastik yang mereka olah jadi pelindung hujan. Cukul murah, 10.000 saja. Namun, saya sama sekali tidak berniat membeli. Ini bukan berarti pelit atau tak mau berbagi, tapi lebih kepada menantang pengalaman. Maklum, saya benar-benar baru pertama kali memyambangi pemakaman di atas gunung ini.

So? Sempet nunggu sih, di sebuah teduhan yang benguannnya lebih mirip halte (atau jangan-jangan, memang halteπŸ™ˆ) dan alhamdulillahnya nggak begitu lama. Cukup untuk shalat zuhur dan asar dijama' qoshor. Setelahnya, para tukang ojek datang silih berganti memuat para peziarah yang memang tengah ramai hari itu.

Dari sini, kalian akan merasakan sensasi naik ojek rasa naik roller coaater. Ditambah medan ging dengan model jalanan berkelok serta naik turun. Dan lagi, jalanan sedang benar-benar licin. Hujan barusan reda, cuy! Mereka, para tukang ojek, mungkin sudah ahli menaklukkan medan. Tapi tidak dengan penumpang yang belum memiliki keahlian mengurangi degup jantung karena sesekali mereka halus terloncat dari jok motor. Sudah kebayang, medannya??

Dan sesampainya di lokasi Sunan Muria, ada beberapa dari rombongan saya sedang duduk lemas, kehilangan tenaga setelah menaiki ojek. Lupa bertanya sih, opsi selain ojek, ada lagikah? Namun, untunglah saya baik-baik saja dan justru perjalanan singkat itu jadi bahan guyonan.

Pulang dari ziarah di Sunan Muria, kami lebih memilih jalan kaki menuruni tangga, mencari jalan lain sebagai bentuk kenangan untuk perjalanan tersebut. Dan rupanya, menuruni anak tangga juga butuh kekuatan jasmani rohani.

Tangga-tangga yang tersusun, sepertinya murni daei batu yang dipahat, bukan tangga buatan. Ada yang sangat pendek antara satu tangga ke tangga lainnya. Namun, ada pula yang benar-benar tinggi sehingga butuh persiapan untuk menjejakkan kaki dari setiap anak tangganya. Dan di sepanjang turunannya, kanan-kiri pedagang berbagai jenis menutup pemandangan.

Ah, ya. Saya tidak sempat, atau lebih tepatnya tidak minat untuk menghitung jumlah tangganya. Karena tak terhitung berhentinya selama perjalanan menuruni anak tangga. Sungguh! Jika bisa kembali ke Muria di atas sana, saya ingin kembali naik ojek. Namun, tak apa. Jika tidak begitu, tak bisa mendapat pengalamannya kan? Yihuiiii...πŸ˜‰


πŸ–€
Tuban, 19092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOP_6 #ODOPBatch_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee