Rabu, 26 September 2018
Terlambat Mengenangmu #part4
RSCM, Jakarta Pusat.
Senin, 20 Juni 2011/ 19 Rajab 1423.
Dan itu bukan mimpi. Saat aku harus menungguimu tak lagi di ruang rawat inap. ICU. Tubuh gagahmu harus tergolek tanpa daya. Wajah binarmu tampak tenang dalam juang bawah sadarmu. Sudah lebih dari seminggu kau lupa untuk bangun. Menjalankan tugas muslimmu untuk mendirikan sholat. Tidak mampu medengar tangisku-kah dirimu, hingga kau sangat enggan untuk sekedar membuka matamu. Atau setidaknya menyunggingkan sesimpul senyum yang cukup untuk melegakan hatiku. Mengapa hanya diam saja? Aku seperti bicara pada bayu belaka. Disahut hampa oleh monitor kardiograf yang menyatakan adanya nafas dalam jasadmu.
“Pasien terlalu memforsir otaknya untuk mengingat masa lalunya. Dan hal itu sangat berbahaya untuk penderita amnesia berat. Karena untuk mengingat suatu kejadian beruntun, bagi penderita amnesia, dibutuhkan kesabaran. Jika terus dipaksakan, ini bisa mengakibatkan pembuluh darah membesar dan akan terputus dari sarafnya. Ini bukan hal sepele. Karena satu saja otot yang terputus dari sarafnya, bisa mengakibatkan kegilaan. Bahkan, kematian."
“Pasien hanya butuh pengawasan ekstra. Jangan biarkan masa lalunya terus menghantui ingatannya. Kalau memang dia memaksa, cari jalan keluar terbaik dengan memberikannya pengertian tentang keadaannya. Kami pasti akan mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhannya."
“Tapi, Dok. Sepanjang pengetahuan kami, dia sudah mengingat semua masa lalunya."
“Bapak salah. Hanya beberapa memory yang masih tersisa dalam ingatannya. Jika kelihatannya pasien sudah mampu mengingat masa lalunya, itu karena pasien terlalu memforsir otaknya. Seorang penderita amnesia berat, setidaknya, butuh waktu 1 tahun untuk mengembalikan keutuhan ingatannya. Jadi, kemungkinan besar, kesimpulan yang bapak ambil ini adalah rekayasa pasien untuk terlihat sehat dan tak ingin membebani orang lain saja."
Dasar bodoh!
Apa gunanya kamu lakukan itu? Bahaya untuk masa depanmu. Kamu masih waras bukan?
Kutelan bulat-bulat semua kegetiran yang hanya kualami sendiri. Menapaki jejak masa lalu yang kini hanya tinggal penyesalan. Dan aku tak tahu, bagaimana aku harus mengungkap ini semua. Kecewa, marah dan sesalku membaur bersama linang air mata yang sudah tak lagi mampu untuk dibendung. Andai ada seorang yang mampu menopangku. Atau setidaknya orangtuaku. Yah! Aku benar-benar sendiri. Tanpa seorangpun.
🖤
Tuban, 25092018
#muthyasadeea #tulisandee #karyadee
#komunitasonedayonepost #ODOPBatch_6
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee