Jumat, 20 November 2015

Mengab(a)di dalam Iman

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
خَيْرَ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya

Muqoddimah tersebut akan menghantar kita pada satu pertanyaan besar. Benarkah, dalam kemanfaatan yang diberikan manusia untuk sesamanya membutuhkan iman?

Sebenarnya, iman bukan satu pendorong besar seseorang ingin memberi manfaat untuk orang lain. Faktor terbesar dari sebagian mereka dalam motivasi kebaikan adalah janji Allah. Dari sinilah, perlu adanya keimanan untuk senantiasa menebar kebaikan bagi sesama. Meyaqini bahwa apa yang telah kita lakukan untuk orang lain, sedikit banyak akan mendapat balasan dari Allah. Meyaqini pula, bahwa Allah senantiasa mengetahui apa dan bagaimana hati kita ketika tengan melakukan kebaikan atau pun keburukan.

Sebagai seorang muslim, mengabdi dalan iman merupakan satu jalan 'tol' menjadikan diri abadi dalam iman. Seumpama orang yang menanam benih kebaikan, maka kebaikan pulalah yang akan dituainya. Seseorang yang terbiasa dengan ibadah sholat dhuhanya, maka pahala dhuhanya terus mengalir dan kemudian menjadi tauladan yang abadi bagi sekelilingnya. Begitu pula orang yang terbiasa bersedekah, ganjarannya akan mengabadi sebagaimana imannya yang telah ia abdikan.

Ketika Allah tengah menguji kesabaran seorang hamba, sejatinya ujian tersebut merupakan reminder bagi kita bahwa pengabdian yang telah kita lakukan masih belum sempurna. Seolah Dia ingin berkata bahwa abadikan imanmu dengan pengabdian seutuhnya pada-Ku. Maka, tidak satu musibah pun ditimpakan pada hamba-Nya kecuali Ia akan memberikan anugerah yang hanya diketahuiNya sendiri. Dan sudah sepatutnya, muslim yang taat adalah berhusnuzhonn akan ketetapan Allah.

Sungguh, dalam ketaatan maupun keimanan manusia, Allah sama sekali tidak membutuhkan itu semua. Allah tidak tengah diuntungkan dengan kesempurnaan iman seseorang ataupun dirugikan dengan pembangkangan dari hamba-Nya. Semua yang tengah dijalani dan diterima oleh hamba-hamba Nya merupakan fadhol (kelebihan) yang Allah anugerahkan sesuai dengan takaran kemampuan hamba-Nya.

Oleh karenanya, mengimani ketetapan Allah hendaknya seiing dengan pengabdian yang kita lakukan di jalan-Nya. Seberapa jauh kita berharap dan meminta hanya pada Allah SWT ketika tengah melakukan kebaikan. Hal seperti ini perlu ditumbuhkan sejak dini, dalam masa pendidikan yang mengharuskan setiap orang memahami bahwa sudah ada Allah sebagai pengatur dari kehidupan manusia.

Maka, dalam rangka mengabadi bersama iman -sekalipun suati saat nanti pasti mati- sabar dan syukur menjadi dua pilar untuk mengokohkan iman. Dalam keadaan lapang dan sempit maupun suka dan duka. Sabar ketika mendapat kenikmatan dunia dan syukur ketika menyadari kekurangan yang Allah berikan. Karena sabar dalam ujian ataupun syukur dalam kenikmatan sudah merupakan sebuah kewajiban, sudah sepatutnya haluan itu diputar-balikkan dengan dalih mengabdikan diri dengan iman.

Kemudian, apa hubungan antara kemanfaatan yang diberikan manusia dengan abadi dengan iman? Jelas sudah, bahwa kemanfaatan yang dilakukan manusia untuk sesamanya akan meninggalkan atsar (jejak) akan kebaikan yang telah dilakukannya. Maka dengan landasan iman kepada janji Allah, kebaikan yang dilakukan manusia akan abadi sesuai dengan kadar keimanan yang sudah ditancapkannya dalam hati.

Oleh karenanya, diujung perenungan panjang ini, mari kita bersama bertanya pada hati kita masing-masing. Sudah benarkah keyaqinan kita hanya bersandar pada Allah atau hanya sekaar mengikuti trend untuk berbuat baik demi popularitas dan pujian manusia semata? Setiap hari, hal seperti ini harus terus dipertanyakan. Niat dan keimanan perlu terus di-upgrade untuk keabadian yang diharapkan manusia sebagai jalan menempuh ridho Allah.

اَللّٰهُمَّ ثَبِّتْ إِيْمَانَنَا عَلٰى قُدْرَتِكَ وَ نَسْأَلُكَ رِضٰىكَ وَ نَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَتِكَ وَالنَّارِ
Ya Allah, tetapkanlah keimanan kami atas kuasa-Mu dan kami hanya meminta ridho-Mu serta kami berlindung kepada-Mu dari murkamu serta api (neraka).
Amiiin...
Wallaahu a'lam^_^

*Dee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak ya...
Salam kenal, Dee